Jumat, 06 Oktober 2017

FONOLOGI : ALAT UCAP DAN PROSES PEMBUNYIAN

A.    ALAT UCAP
Alat ucap merupakan alat yang digunakan untuk menghasilkan bunyi-bunyi bahasa yang mempunyai fungsi utama lain yang bersifat fisiologis, misalnya paru-paru untuk bernafas, lidah untuk mengecap, dan gigi untuk mengunyah. Namun, alat itu secara linguistik digunakan untuk menghasilkan bunyi-bunyi bahasa sewaktu berujar. Berikut merupakan gambar alat ucap:

Keterangan:
1.      Paru-paru (lungs)
2.      Tenggorokan (trachea)
3.      Pangkal tenggorokan (larynx)
4.      Pita suara (vocal cords) yang di dalamnya terdapat glotis, yaitu celah di antara dua bilah pita suara.
5.      Krikoid (cricoid)
6.      Tiroid (tyroid) atau gondok laki
7.      Aritenoid (arythenoid)
8.      Dinding Rongga kerongkongan (wall of pharynx)
9.      Epiglotis (epiglottis)
10.  Akar lidah (root of tangue)
11.  Pangkal lidah (dorsum)
12.  Tengah lidah (medium)
13.  Daun lidah (lamina)
14.  Ujung lidah (apex)
15.  Anak tekak (uvula)
16.  Langit-langit lunak (velum)
17.  Langit-langit keras (palatum)
18.  Gusi (alveolum)
19.  Gigi atas (dental)
20.  Gigi bawah (dental)
21.  Bibir atas (labia)
22.  Bibir bawah (labia)
23.  Mulut (mouth)
24.  Rongga mulut (mouth cavity)
25.  Rongga hidung (nasal cavity)

Nama-nama Latin alat ucap itu perlu diperhatikan karena nama-nama bunyi disebut juga dengan nama Latinnya itu. Misalnya, bunyi yang dihasilkan di bibir disebut bunyi labial, diambil dari kata labium yaitu bibir; dan bunyi yang dihasilkan oleh ujung lidah dan gigi disebut bunyi apikodental, yang diambil dari kata apeks yaitu ujung lidah dan kata dentum yaitu gigi.

B.     CARA KERJA ALAT-ALAT UCAP
Menurut Chaer (2009:20) cara kerja dari alat-alat ucap yaitu sebagai berikut:
1.      Paru-Paru (lung)
Paru-paru adalah sumber arus udara yang merupakan syarat mutlak untuk terjadinya bunyi bahasa. Namun, perlu diketahui juga bahwa bunyi bahasa dapat juga dihasilkan dengan dengan arus udara yang datang dari luar mulut. Kalau arus udara datang dari paru-paru disebut arus udara agresif, dan kalau udara datang dari luar disebut udara ingresif. Terlu diketahui juga selama ini dalam bahasa indonesia tidak ada bunyi yang dihasilkan dengan udara ingresif itu.

2.      Pangkal Tenggorok (laring), pita suara, glotis, dan epiglotis
Pangkal tenggorok adalah sebuah rongga pada ujung saluran pernafasan yang ujungnya ada sepasang pita suara. Pita suara ini dapat terbuka lebar, terbuka agak lebar, terbuka sedikit, dan tertutup rapat, sesuai denagan arus udara yang dihembuskan keluar. Celah di antara pita suara itu disebut glotis. Pada glotis inilah awal terjadinya bunyi bahasa dalam proses produksi bunyi itu. Bila glotis dalam keadaan terbuka lebar maka tidak ada bunyi bahasa yang dihasilkan selain desah nafas. Bila glotis dalam keadaan terbuka agak lebar akan terjadi bunyi tak bersuara. Bila glotis dalam keadaan terbuka sedikit akan terjadi bunyi bersuara. Lalu bila glotis dalam keadaan tertutup rapat akan terjadi bunyi hmazah atau bunyi hambat glotal. Proses pembunyian ini dibantu oleh epiglotis (katup pangkal tenggorok) yang bertugas menutup dan membuka jalan nafas (jalan udara ke paru-paru) dan jalan makanan/minuman ke arah pencernaan.

3.      Rongga Kerongkongan (faring)
Faring atau rongga kerongkongan adalah sebuah rongga yang terletak diantara pangkal tenggorok dengan rongga mulut dan rongga hidung. Faring berfungsi sebagai “tabung udara” yang akan ikut bergetar bila pita suara bergetar. Bunyi bahasa yang dihasilkan disebut bunyi faringal.

4.      Langit-Langit Lunak (Venum), anak tekak (uvula) dan pangkal lidah (dorsum)
Velum atau langit-langit lunak dan bagian ujungnya yang disebut uvula (anak tekak) dapat turun naik untuk mengatur arus udara keluar masuk melalui rongga hidung atau rongga mulut. Uvula akan merapat ke dinding faring kalau arus udara keluar melalui rongga mulut, dan akan menjauh dari dinding faring kalau arus udara keluar melalui rongga hidung. Bunyi yang dihasilkan kalau udara keluar melalui rongga hidung disebut bunyi nasal dan kalau udara keluar melalui rongga mulut disebut oral. Bunyi yang dihasilkan dengan velum sebagai artikulator pasif dan dorsum sebagai artikulator aktif disebut bunyi dorsovelar, dari gabungan kata dorsum dan velum. Sedangkan yang dihasilkan oleh uvula disebut bunyi uvular.

5.      Langit-Langit keras (palatum), ujung lidah (apeks), dan daun lidah (laminnum)
Dalam pembentukan bunyi-bunyi bahasa, langit-langit keras (palatum) berlaku sebagai pasif (artikulator yang diam, tidak bergerak) dan yang menjadi artikulator aktifnya adalah ujung lidak (apeks) atau daun lidah (laminum). Bunyi bahasa yang dihasilkan oleh palatum dan apeks disebut bunyi apikopalatal. Sedangkan yang dihasilakan oleh palatum dana laminum disebut bunyi laminopalatal.

6.      Ceruk gigi (alveolum), apeks, dan daun lidah (laminum)
Dalam pembentukan bunyi bahasa, alveolum sebagai artikulator pasif dan apeks atau laminum sebagai artikulator aktifnya. Bunyi yang dihasilkan oleh alveolum dan apeks disebut bunyi apikoalveolar. Kemudian yang dihasilkan oleh alveolum dan laminum disebut bunyi laminoalveolar.

7.      Gigi (dentum), Ujung lidah (apeks), dan bibir (labium)
Dalam produksi bunyi bahasa, gigi atas dapat berperan sebagai artikulator pasif, yang menjadi artikulator aktifnya adalah apeks atau bibir bawah. Bunyi yang dihasilkan oleh gigi atas dan apeks disebut bunyi apikodental dan yang dihasilakan oleh gigi atasa dan bibir bawah disebut bunyi labiodental. Dalam hal ini ada juga bunyi interdental dimana apeks sebagai artikulator aktif berada diantara gigi atas dan gigi bawah yang menjadi artikulator pasifnya.

8.      Bibir bawah dan bibir atas
Dalam pembentukan bunyi bahasa bibir atas bisa menjadi artikulator pasif dan bibir bawah menjadi artikulator aktif. Bunyi yang dihasilkan disebut bunyi bilabial. Bibir bawah bisa juga menjadi artikulator pasifnya. Lalu, bunyi yang dihasilkan disebut bunyi labiodental, dari kata labium dan dentum.

9.      Lidah (tongue)
Lidah terbagi atas empat bagian, yaitu ujung lidah (apeks), daun lidah (laminum), punggung atau pangkal  lidah (dorsum), dan akar lidah (root). Lidah dengan bagian-bagiannya dalam pembentukan bunyi bahasa selalu menjadi artikulator pasifnya adalah alat-alat ucap yang terdapat pada rahang atas.

10.  Mulut dan rongga mulut
Rongga mulut dengan kedua belah bibir (atas dan bawah) berperan dalan pembentukan bunyi vokal. Apabila bentuk mulut memundar maka akan dihasilkan bunyi vokal bundar atau bulat. Apabila bentuk mulut tidak bundar atau melebar akan dihasilkan bunyi vokal tidak bundar. Sebagai umum bunyi yang dihasilkan dirongga mulut disebut bunyi oral, sebagai lawan bunyi nasal yang dihasilkan melalui rongga hidung.
11.  Rongga Hidung
Bunyi bahasa yang dihasilkan melalui rongga hidung disebut bunyi nasal. Bunyi nasal ini dihasilakan dengan cara menutup rapat-rapat arus udara dirongga mulut, dan menyalurkan keluar melalui rongga hidung. Yang ada dalam bahasa Indonesia adalah bunyi nasal bilabial, bunyi nasal apikeolveaolar, bunyi nasal laminopalatal, dan bunyi nasal dorsovelar.

C.    PROSES PEMBENTUKAN BUNYI
Proses pembetukan bunyi merupakan proses dihasilkannya bunyi melalui artikulator. Proses pembentukan bunyi bahasa dipengaruhi oleh tiga sarana utama, yaitu  arus udara, pita suara dan alat ucap. Ketiga sarana ini juga yang oleh fonetisi dipakai sebagai dasar pengklasifikasian bunyi (Masnur Muslich, 2008:30). Berikut penjelasan dari tiga sarana utama tersebut:
1. Arus Udara
Arus udara merupakan sumber energi utama pembentukan bunyi bahasa hasil kerja alat atau organ tubuh yang dikendalikan oleh otot-otot atas perintah saraf otak. Berikut merupakan gambar arus udara. 

2.Pita Suara
            Pita suara memiliki sumber bunyi. Ia bergetar atau digetarkan oleh udara yang keluar masuk paru-paru. Pita suara terletak dalam kerongkongan (larynx) dalam posisi mendapar dari muka (anterior) ke belakang (posterior).


Pada gambar 3.3a, 3.3b, 3.4a, dan 3.4b terlihat dengan jelas bagaimana keadaan pita suara ketika glotis tertutup, glotis terbuka sedikit, glotis terbuka memanjang, dan glotis terbuka lebar.
            Bergetarnya pita suara dengan cara membuka dan menutup. Lubang pada saat pita suara itu membuka disebut glotis. Membukanya dari muka menuju ke belakang. Kadang-kadang membukanya tidak sampai ke belakang betul. Menutupnya pun mulai dari muka. Selain dari getaran penuh dari muka ke belakang, ada lagi getaran kecil yang panjangnya setengah, sepertiga, seperempat dan seterusnya dari panjang pita suara, dan bergetar secara serempak. Satu kali membuka-menutupnya pita suara (dua getaran) disebut satu gelombang. Banyaknya gelombang per detik disebut frekuensi bunyi. Dengan demikian, suatu bunyi yang diucapkan orang berfrekuensi 141 gelombang per detik, berarti pita suara membuka-menutupnya sebanyak 141 kali per detik.
            Tenggorokan yang terletak dia atas pita suara, rongga mulut, dan rongga hidung berperan sebagai resonator atau peninggi bunyi yang diciptakan oleh pita suara. Dengan demikian waktu pita suara bergetar, ternggoran, rongga mulut, dan rongga hidung ikut membantu menggetarkan udara dengan frekuensi yang seirama dengan frekuensi pita suara, sehingga bunyi dari pita suara  menjadi lebih tinggi pengaruhnya (Masnur Muslich, 2008:30).

3.Alat Ucap
Alat ucap yang dibicarakan dalam proses memproduksi bunyi bahasa dapat dibagi atas tiga komponen (Chaer, 2009:26-27) yaitu :
a.       Komponen subglotal
b.      Komponen laring, dan
c.       Komponen supraglotal

            Komponen subglotal terdiri dari paru-paru (kiri dan kanan), saluran bronkial, dan saluran pernafasan (trakea). Di samping ketiga alat ucap ini masih ada yang lain, yaitu otot-otot, paru-paru, dan rongga dada. Secara fisiologis komponen ini digunakan untuk proses pernafasan. Karena itu, komponen ini disebut juga sistem pernafasan. Lalu dalam hubungannya dengan fonetik disebut sistem pernafasan subglotis. Fungsi utama komponen subglotal ini adalah “memberi” arus udara yang merupakan syarat mutlak untuk terjadinya bunyi bahasa.
Komponen laring (tenggorok) merupakan kotak yang terbentuk dari tulang rawan yang berbentuk lingkaran. Di dalamnya terdapat pita suara. Laring berfungsi sebagai klep yang mengatur arus udara antara paru-paru, mulut, dan hidung. Pita suara dengan kelenturannya bisa membuka dan menutup, sehingga bisa memisahkan dan sekaligus bisa menghubungkan antara udara yang ada di paru-paru dan yang ada di mulut atau rongga hidung.
Komponen supraglotal adalah alat-alat ucap yang berada di dalam rongga mulut dan rongga hidung baik yang menjadi artikulator aktif maupun yang menjadi artikulator pasif.
Terjadinya bunyi bahasa dalam proses produksi bunyi bahasa pada umumnya dimulai dari proses pemompaan udara ke luar dari paru-paru melalui pangkal tenggorokan (laring) ke tenggorokan yang di dalamnya terdapat pita suara. Supaya udara itu bisa ke luar, pita suara tu harus berada dalam keadaan terbuka. Setelah melalui pita suara, yang merupakan jalan satu-satunya untuk bisa ke luar, entah melalui rongga mulut atau rongga hidung, arus udara tadi diteruskan ke luar ke udara bebas.
Ada empat macam posisi glotis pada pita suara yaitu pita suara dengan (a) glotis terbuka lebar, (b) glotis terbuka agak lebar, (c) glotis terbuka sedikit, dan (d) glotis tertutup rapat. Kalau glotis terbuka lebar, maka tidak terjadi bunyi bahasa. Posisi ini adalah posisi dalam bernafas secara normal. Kalau posisi glotis terbuka agak lebar, maka akan terjadilah bunyi bahasa yang disebut bunyi tak bersuara. Kalau posisi glotis terbuka sedikit maka akan terjadi bunyi bahasa yang disebut bunyi bersuara. Kalau posisi glotis tertutup rapat maka akan terjadi bunyi hambat glotal atau lazim disebut bunyi hamzah (Chaer, 2009:28). 
Menurut Chaer (2009:29-30) secara umum titik artikulasi (pertemuan antara artikulator aktif dan artikulator pasif) yang mungkin terjadi dalam bahasa Indonesia ialah :
a)      Artikulasi bilabial (bibir bawah dan bibir atas)
b)      Artikulasi labiodental (bibir bawah dan gigi atas)
c)      Artikulasi interdental (gigi bawah, gigi atas, dan ujung lidah)
d)      Artikulasi apikodental (ujung lidah dan gigi atas)
e)      Artikulasi apikoalveolar (ujung lidah dan ceruk gigi atas)
f)      Artikulasi laminodental (daun lidah dan gigi atas)
g)      Artikulasi laminopalatal (daun lidah dan langit-langit keras)
h)      Artikulasi lamino alveolar (daun lidah dan ceruk gigi atas)
i)       Artikulasi dorsopalatal (pangkal lidah dan langit-langit keras)
j)       Artikulasi dorsovelar (pangkal lidah dan langit-langit lunak)
k)      Artikulasi dorsouvular (pangkal lidah dan anak tekak)
l)       Artikulasi oral (penutupan arus udara ke rongga hidung)
m)     Artikulasi radiko faringal (akar lidah dan dinding kerongkongan)


            Pertemuan antara artikulator dan titik artikulasi inilah yang dipakai oleh fonetisi sebagai penamaan bunyi yang dihasilkannya (Masnur Muslich, 2008:38-39)

D.    CARA ARTIKULASI ATAU BUNYI BAHASA DIHASILKAN
Cara artikulasi atau bunyi bahasa dapat dihasilkan melalui beberapa cara Chaer (2013:30-31) yaitu sebagai berikut:
1.      Arus ujar itu dihambat pada titik tertentu, lalu dengan tiba-tiba diletupkan sehingga terjadilah bunyi yang disebut bunyi hambat, bunyi letup atau bunyi plosif.
2.      Arus ujar itu dihambat pada titik tertentu, lalu arus ujar itu dikeluarkan melalui rongga hidung, sehingga terjadilah bunyi nasal.
3.      Arus ujar itu dihambat pada tempat tertentu, kemudian diletupkan sambil digeser atau didesiskan sehingga terjadilah bunyi paduan atau bunyi afrikat.
4.      Arus ujar itu dihambat pada tempat tertentu, kemudian digeserkan atau didesiskan sehingga terjadilah bunyi geseran, bunyi desis atau bunyi frikatif.
5.      Arus ujar itu dikeluarkan melalui samping kiri dan kanan lidah, maka terjadilah bunyi sampingan atau bunyi lateral.
6.      Arus ujar itu dikeluarkan melalui samping kiri dan kanan lidah lalu digetarkan sehingga terjadilah bunyi getar atau tril.
7.      Arus ujar itu pada awal prosesnya diganggu oleh posisi lidah tetapi kemudian diganggu pada titik artikulasi tertentu sehingga terjadilah bunyi semi vokal yang dikenal juga dengan nama bunyi hampiran.

     Dalam membuat klasifikasi bunyi dan klasifikasi fonem digunakan tiga patokan atau kriteria, yaitu titik artikulasi, tempat artikulasi, dan bergetar tidaknya pita suara.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pembuatan Aplikasi E-Learning

PROPOSAL   “Pembuatan Aplikasi E-Learning” Diajukan untuk Tugas Akhir Semester Ganjil Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Guru Mat...