Jumat, 13 Oktober 2017

FONOLOGI: Definisi Fonologi, Definisi, Jenis, dan Transkrip Fonetik


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pada hakikatnya manusia selalu berinteraksi dan bekerja sama dengan orang lain, hal ini dilakukan untuk berkomunikasi, bekerja sama, dalam kehidupannya. Adapun bentuk komunikasi tersebut dapat berupa kegiatan berbahasa yang melibatkan sekurang-kurangnya dua individu dalam proses komunikasi.
Dapat difungsikan dua individu tersebut dapat berperan sebagai “sender” dan yang satu sebagai “receiver”. Dalam hal ini komunikasi merupakan bentuk interaksi dua arah. Kemampuan berbicara atau bertutur ini dapat diperoleh secara berjenjang sesuai dengan tingkatan usianya, yaitu sejak bayi , anak-anak, remaja, dan dewasa.
Dalam berinteraksi dengan seseorang yang disekitar atau sekelilingnya akan mempengaruhi pemerolehan bunyi bahasanya, dengan banyaknya berinteraksi yang dilakukan lebih cepet memperoleh (bunyi) bahasa seorang bayi.
Salah satu pengetahuan yang diperlukan untuk memahami suatu bahasa adalah pengetahuan tentang posisi dan fungsi bunyi dalam bahasa, juga bagaimana bunyi itu dirangkai bersama untuk membentuk beberapa unit makna. Oleh karna itu, pengetahuan tidak dianggap lengkap dengan hanya memahami morfem, kata, frasa, dan kalimat saja, tanpa mengetahui bunyi bahasa.
Bidang fonologi digunakan sebagai  ilmu tentang bunyi bahasa, terutama yang mencakup sejarah dan teori perubahan bunyi, fonologi dibagi menjadi dua yaitu fonetik dan fonemik. Fonetik adalah bunyi-bunyi dianggap sebagai bahan mentah, bagaikan batu pasir, semen sebagai bahan mentah bangunan rumah. Fonologi yang memandang bunyi-bunyi ujar demikian lazim.
Yang kedua fonemik yaitu bunyi-bunyi dipandang sebagai bagian dari sistem bahasa yang berfungsi untuk membedakan makna. Fonologi yang memandang bunyi-bunyi ujar itu sebagai bagian dari sistem bahasa pada umumnya. Namun pada pembahasan makalah ini penulis hanya membahas tentang kajian fonetik dan jenis-jenis fonetik. Fonetik sangat berguna untuk tujuan-tujuan seperti pengajaran diksi, penguasaan ujaran bunyi-bunyi bahasa asing, perbaikan kualitas bertutur bagi mereka yang menghadapi masalah kurang daya pendengarannya.

Transkripsi fonetik digunakan dalam penulisan fonetik menjadi pembeda antara bunyi bahasa yang satu dengan bunyi bahasa yang lain. Studi fonetik ini memerlukan potensi yang melibatkan pemahaman, keterampilan pelafalan fonetik alfabet yang terdiri dari 26  keterampilan pentranskripsian, dan aktivitas lainnya.


B.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah  :
1.     Bagaimana definisi fonologi ?
2.     Bagaimana definisi fonetik ?
3.     Mengidentifikasi jenis-jenis fonetik ?
4.     Bagaimana Transkripsi fonetik ?

C.    Batasan Masalah
Penulis membatasi permasalahan hanya membahas tentang
1.     Bagaimana definisi fonologi, definisi fonetik, mengidentifikasi jenis-jenis fonetik dan transkripsi fonetik.

D.    Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.     Untuk menambah wawasan mengenai transkripsi fonologi
2.     Untuk mengetahui transkripsi fonetik .
3.     Untuk mengetahui jenis-jenis fonetik

E.    Manfaat
1.           Manfaat teoritis
·         Sebagai bahan informasi tentang  fonologi Bahasa Indonesia.
·         Sebagai bahan banding hasil pembelajaran.

2.           Manfaat praktis
·         Sebagai tambahan khazanah keilmuan
·         Untuk menambah wawasan pengetahuan pembelajaran mahasiswa prodi Bahasa dan Sastra Indonesia
·         Meningkatkan pemblajaran tentang pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
F.    Definisi oprasional
Menurut Kridalaksana (2002) dalam kamus linguistik, fonologi adalah bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya.
Fonologi dimaknai sebagai  ilmu tentang bunyi bahasa, terutama yang mencakup sejarah dan teori perubahan bunyi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1988:244).
Menurut Clark dan Yallop (1990), fonetik meupakan bidang yang berkaitan erat dengan kajian bagaimana cara manusia berbahasa serta mendengar dan memproses ujaran yang diterima. Fonetik sangat berguna untuk tujuan-tujuan seperti pengajaran diksi, penguasaan ujaran bunyi-bunyi bahasa asing, perbaikan kualitas bertutur bagi mereka yang menghadapi masalah kurang daya pendengarannya.
Menurut Abdul Chaer 2013: 11-12 Ada tiga macam fonemik diantaranya sebagai berikut !
Ø  Fonetik artikulatoris
Fonetik artikulatoris disebut juga fonetik organis atau fonetik fisiologis meneliti bagaimana bunyi-bunyi bahasa itu diproduksi oleh alat-alat ucap manusia.
Ø  Fonetik akustik,
Fonetik akustik, Adalah fonetik yang objeknya adalah bunyi bahasa ketika merambat di udara dan berkenaan dengan kajian fisika.
Ø  Fonetik auditori
Fonetik auditori meneliti bagaimana bunyi-bunyi bahasa itu “diterima” oleh telinga, sehingga bunyi-bunyi itu didengar dan dapat dipahami.
Transkripsi fonetik adalah penulisan bunyi-bunyi bahasa secara akurat atau secara tepat dengan menggunakan huruf atau tulisan fonetik. Huruf fonetik ini dibuat bedasarkan huruf (alphabet) latin yang dimodifikasikan, atau diberi tanda-tanda diakritik.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian fonologi
Fonologi berasal dari kata phonology, yaitu gabungan phone dan logy. Kata phone: bahasa, baik berupa vokal maupun bunyi konsonan: sedangkan kata logy : ilmu pengetahuan, metode atau pikiran (homby,19174:627).
Menurut Kridalaksana (2002) dalam kamus linguistik, fonologi adalah bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya.
Fonologi dimaknai sebagai  ilmu tentang bunyi bahasa, terutama yang mencakup sejarah dan teori perubahan bunyi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1988:244).
Fonologi adalah bunyi-bunyi bahasa sebagai satuan terkecil dari ujaran beserta dengan “gabungan” antar bunyi yang membentuk silabel atau suku kata. Serta juga dengan unsur-unsur suprasegmentalnya, seperti tekanan, nada, hentian dan durasi.
Dalam beberapa bahasa tertentu unsur suprasegmental-yang  juga menjadi objek kajian fonologi- seperti nada, tekanan, dan durasi akan memberi “warna” makna pula terhadap wujud sebuah morfem atau kata. Jadi, kajian fonologi masih terlibat dalam kajian morfologi. Satuan morfem ada satuan ujar yang disebut kata, frase klausa, dan (ujarannya dalam bentuk wacana) kalimat, yang menjadi objek kajian linguistik bidang sintaksis. Dalam kajian sintaksis ini fonologi juga masih terlibat karena sering kali makna sebuah ujaran /kalimat tergantung pada unsur-unsur suprasegmentalnya.
Hasil kajin fonologi juga diperlukan dalam bidang klinis yaitu dalam membantu mereka yang mendapat hambatan dalam berbicara maupun mendengar, Yang sangat diperlukan disini adalah hasil kajian fonetiknya. Diluar kajian linguistikmasih banyak bidang kegiatan lain yang memerlukan bantuan fonologi. Misalnya, seni suara, seni musik, seni sastra dan seni berbicara.
Menurut Mansur  Muslich 2011 (1-2) Fonologi adalah bunyi-bunyi ujar yang diselidiki oleh cabang linguistik, bunyi-bunyi ujar ini dapat dipelajari degan dua sudut pandang.
Pertama, bunyi-bunyi ujar dipandang sebagai media bahasa semata, tak ubahnya seperti benda atau zat. Dengan demikian, bunyi-bunyi dianggap sebagai bahan mentah, bagaikan batu pasir, semen sebagai bahan mentah bangunan rumah. Fonologi yang memandang bunyi-bunyi ujar demikian lazim disebut fonetik.
Kedua , bunyi-bunyi dipandang sebagai bagian dari sistem bahasa. Bunyi-bunyi ujar merupakan unsure-unsur bahasa yang terkecil yang merupakan bagian dari struktur kata dan yang sekaligus berfungsi untuk membedakan makna. Fonologi yang memandang bunyi-bunyi ujar itu sebagai bagian dari sistem bahasa lazim disebut fonemik.
Dari dua sudut pandang tentang bunyi ujar tersebut dapat disimpulkan bahwa fonologi mempunyai dua cabang kajian, (1) fonetik, dan (2) fonemik.

B.    Fonetik
Menurut Abdul Chaer (2013: 10) Fonetik adalah cabang kajian linguistic yang meliputi bunyi-bunyi bahasa tanpa melihat apakah bunyi-bunyi itu dapat membedakan makna atau tidak. Hal ini berbeda dengan fonemik yang meneliti bunyi-bunyi bahasa dengan melihat bunyi itu sebagai satuan yang dapat membedakan makna kata.
Menurut (O’Connor, 1982: 10-11, Ladefoged,1982: 1) fonetik merupakan bidang kajian pengetahuan (science) yang menelaah bagaimana manusia menghasilkan bunyi-bunyi bahasa dalam ujaran, menelaah gelombang-gelombang bunyi bahasa yang dikeluarkan, dan bagaimana alat pendengaran manusia menerima bunyi-bunyi bahasa untuk dianalisis oleh otak manusia.
Menurut Clark dan Yallop (1990), fonetik meupakan bidang yang berkaitan erat dengan kajian bagaimana cara manusia berbahasa serta mendengar dan memproses ujaran yang diterima. Fonetik sangat berguna untuk tujuan-tujuan seperti pengajaran diksi, penguasaan ujaran bunyi-bunyi bahasa asing, perbaikan kualitas bertutur bagi mereka yang menghadapi masalah kurang daya pendengarannya.
C.    Jenis-jenis fonetik
Kemudian, bedasarkan di mana beradanya bunyi bahasa itu sewaktu dikaji, dibedakan adanya tiga macam fonetik, yaitu fonetik artikulatoris, fonetik akustik, dan fonetik auditoris.  Sewaktu bunyi itu berada dalam proses produksi di dalam mulut penutur, dia menjadi objek kajian fonetik artikulatoris atau fonetik organis. Sewaktu bunyi bahasa itu berada atau sedang merambat di udara menuju telinga pendengar, dia menjadi objek kajian fonetik akustik. Lalu, sewaktu bunyi bahasa itu sampai atau berada di telinga pendengar, dia menjadi objek kajian fonetik auditoris.
Ø     Menurut Abdul Chaer 2013: 11-12 Ada tiga macam fonemik diantaranya sebagai berikut !
1)   Fonetik artikulatoris
Fonetik artikulatoris disebut juga fonetik organis atau fonetik fisiologis meneliti bagaimana bunyi-bunyi bahasa itu diproduksi oleh alat-alat ucap manusia. Pembahasannya, antara lain meliputi masalah alat-alat ucap yang digunakan dalam memproduksi bunyi bahasa itu ; mekanisme arus udara yang digunakan dalam memproduksi bunyi bahasa; bagaimana bunyi bahasa itu dibuat; mengenai klasifikasi bunyi bahasa yang dihasilkan serta apa kriteriaa yang digunakan; mengenai silabel; dan juga mengenai unsure-unsur atau cirri-ciri suprasegmental, seperti tekanan, jeda, durasi, dan nada.


2)     Fonetik akustik,
Fonetik akustik, Adalah fonetik yang objeknya adalah bunyi bahasa ketika merambat di udara, antara lain membicarakan : gelombang bunyi beserta frekuensi dan kecepatannya ketika merambat di udara, spectrum, tekanan, dan intensitas bunyi. Juga mengenai skala desible, resonansi, akustik produksi bunyi, serta pengukuran akustik itu. Kajian fonetik akustik lebih mengarah kepada kajian fisika daripada kajian linguistic, meskipun linguistik memiliki kepentingaan di dalamnya.
3)     Fonetik auditori
Fonetik auditori meneliti bagaimana bunyi-bunyi bahasa itu “diterima” oleh telinga, sehingga bunyi-bunyi itu didengar dan dapat dipahami. Dalam hal ini tentunya pembahasan mengenai struktur dan fungsi alat dengar, yang disebut telinga itu bekerja. Bagaimana mekanisme penerimaan bunyi bahasa itu, sehingga bisa dipahami. Oleh karena itu, kiranya kajian fonetik auditori lebih berkenaan dengan ilmu kedokteran, termasuk kajian neurologi.
Dari ketiga jenis fonetik itu jelas, yang paling berkaitan dengan ilmu linguistic adalah fonetik artikulatoris, karena fonetik ini sangat berkenaan dengan masalah bagaimana bunyi bahasa itu diproduksi atau dihasilkan. Sedangkan fonetik akustik lebih berkenaan dengan kajian fisika, yang dilakukan setelah bunyi-bunyi itu dihasilkan dan sedang merambat di udara. Kajian mengenaai frekuensi dan kecepatan gelombang bunyi adalah kajian bidang fisika bukan bidang linguistic. Begitupun kajian linguistic auditoris lebih berkaitan dengan ilmu kedokteran daripada linguistic. Kajian mengenai struktur dan fungsi telinga jelas merupakan bidang kedokteran.
D.    Transkripsi fonetik
Transkripsi fonetik adalah penulisan bunyi-bunyi bahasa secara akurat atau secara tepat dengan menggunakan huruf atau tulisan fonetik. Huruf fonetik ini dibuat bedasarkan huruf (alphabet) latin yang dimodifikasikan, atau diberi tanda-tanda diakritik. Karena alfabet latin hanya berjumlah 26 buah huruf, padahal bunyi-bunyi bahasa itu sangat banyak ; melebihi jumlah huruf latin. Misalnya, huruf fokal hanya ada lima buah, yaitu < a >, < i >, < u >, < e >, dan  < o >,  fonem vokal bahasa indonesia ada enam buah yaitu /a/; /i/; /e/; Ə/; /u/; dan /o/. jadi, untuk fonem vocal keempat digunakan huruf < e > yang dimodifikasikan balik menjadi  < Ə >. Contoh lain, bunyi [o]  pada kata < toko > dan < tokoh > tidak sama ; maka untuk bunyi <o>;pada kata < toko> digunakan huruf <o>; sedangkan untuk bunyi [o] pada kata <tokoh> digunakan huruf< ᴝ> yaitu huruf < o > yang bagian awalnya dibuang. Bunyi [e] pada kata <sate>, <kera>, dan <monyet> adalah tidak sama ; maka untuk bunyi [e] pada kata <sate> digunakan huruf fonetik <e>; untuk bunyi [e] pada kata <kera> digunakan huruf fonetik < Ə>, pada kata <monyet> digunakan huruf fonetik <ԑ>. Dengan demikian ketiga kata itu secara fonetik ditulis menjadi [sate], [kƏra], dan [m ᴝń ԑt].
Pada dasarnya dalam kajian fonetik, satu huruf digunakan hanya untuk satu bunyi; atau satu bunyi dilambangkan dengan satu huruf. Tidak ada penggunaan satu huruf untuk dua bunyi yang berbeda; juga tidak ada penggunaan dua huruf yang berbeda untuk satu bunyi..
Dalam kajian linguistik internasional dikenal dengan abjad fonetik, yaitu The International Phonetic Alphabert (disingkat IPA), yang mulai diperkenalkan pada tahun 1886 oleh The International Phonetic Association; yang kemudian telah berkali-kali direvisi. Revisi terakhir adalah pada tahun 1989.
Adanya usaha untuk membuat atau menyusun abjad fonetik oleh sejumlah pakar adalah antara lain, karena abjad  IPA itu belum lengkap, belum dapat mencangkup untuk semua bunyi yang terdapat dalam berbagai bahasa didunia ini, atau satu bahasa tertentu. Namun, semuanya tetap bersandar pada alfabet latin, yang dimodifikasi.
Untuk pengkaji pemula, dan yang disesuaikan dengan fonetik bahasa Indonesia, diturunkan huruf-huruf fonetik itu. Dimulai untuk bunyi-bunyi vokal, dilanjutkan untuk bunyi-bunyi konsonan, dan yang disusun secara alfabetis.
Ø  a untuk bunyi [a] seperti pada kata anak, apa , dan lada.
Ø  i untuk bunyi  [i] seperti pada kata ini, isi, dan dini.
Ø  I untuk bunyi [I] seperti pada kata batik, tabib, dan murid.
Ø  u untuk bunyi [u] seperti pada kata susu, lucu dan aku.
Ø  U untuk bunyi [U] seperti pada kata kapur, duduk, dan sumur.
Ø  e untuk bunyi [e] seperti pada kata sate, gule, dan tape
Ø  Ə untuk bunyi [Ə] seperti pada kata kera, beli dan maret.
Ø  ԑ untuk bunyi [ԑ] seperti pada kata monyet, ember, dan karet.
Ø  o untuk bunyi [o] sperti pada kata toko, oto, dan kilo.
Ø  ᴝ untuk bunyi [ᴝ] seperti pada kata tokoh, botak dan bohong.
Ø  b untuk bunyi [b] seperti pada kata bibi, lembar, dan debu.
Ø  c untuk bunyi [c] seperti pada kata cacar, kelinci, dan cukur.
Ø  d untuk bunyi [d] seperti pada kata dari, adat, dan hadir.
Ø  f untuk  bunyi [f] seperti pada kata fitnah, fokus, dan aktif
Ø  g untuk bunyi [g] seperti terdapat pada kata gagal, gigi, dan duga.
Ø  h untuk bunyi [h] seperti terdapat pada kata hamil, lihat, dan basah.
Ø  j untuk bunyi [j] seperti terdapat pada kata jalan jalan, ajal, dan jujur.
Ø  k untuk bunyi [k] seperti terdapat pada kata kabar, akan, dan jalak.
Ø  ? untuk bunyi [?] seperti terdapat pada kata rakyat dilafalkan [ra?yat], bapak dilafalkan [bapa?], dan nikmat dilafalkan [ni?mat].
Ø  l untuk bunyi [l] seperti terdapat pada kata lalai, alam, dan bantal.
Ø  m untuk bunyi [m] seperti terdapat pada kata malam, alam, dan utama.
Ø  n untuk bunyi [n] seperti terdapat pada kata nakal, dinas, dan makan.
Ø  ń untuk bunyi [ń] seperti terdapat pada kata nyaring, konyol, dan nyanyi.
Ø  ŋ untuk bunyi [ŋ] seperti pada kata nganga, hangat, bingung.
Ø  p untuk bunyi [p] seperti terdapat kata papan, depan, dan sedap.
Ø  r untuk bunyi [r] seperti terdapat pada kata rapi, harap, dan benar.
Ø  s untuk bunyi [s] seperti terdapat pada kata sakit, asal, dan asas.
Ø  f untuk bunyi [f] seperti terdapat pada kata syarat, dahsyat, dan syahbanar.
Ø  t untuk bunyi [t] seperti terdapat pada kata tutup, atap, dan ketat.
Ø  W untuk bunyi [w] seperti terdapat pada kata wali, awal dan lewat.
Ø  x untuk bunyi [x] seperti terdapat dalam kata khawatir, akhir, dan tarikh.
Ø  y untuk bunyi [y] terdapat pada kata yatim, bayar, dan yayasan.
Ø  z untuk bunyi [z] seperti terdapat pada kata zaman, azimat, dan zalim.

Catatan:
(1)   perubahan atau perbedaan dari yang tersebut diatas bisa saja dilakukan asal saja, dilakukan secara konsisten.
(2)   Dalam tulisan fonetik setiap bunyi, baik yang segmental maupun, suprasegmental, dilambangkan secara akurat, persis seperti yang diucapkan. Setiap bunyi dilambangkan dengan lambang-lambang sendiri, meskipun perbedaannya hanya sedikit.
(3)   Untuk menandai perbedaan-perbedaan bunyi yang kecil digunakan tanda-tanda diakriktik.

Contoh tanda diakritik

(4)   Disamping tulisan fonetik ada juga tulisan fonemik dan tulisan ortografis. Dalam tulisan fonemik setiap fonem dilambangkan dengan sebuah lambing. Jadi, ada kemungkinan kurang akurat bila dibandingkan dengan tulisan fonetik. Sedangkan tulisan otografis adalah tulisan menurut sistem ejaan yang berlaku untuksuatu bahasa. Dalam bahasa Indonesia yang berlaku kini adalah sistem Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD)

E.    Contoh lambang-lambang fonetik
Untuk kajian fonologi ini, berikut ini daftar secara selektif lambang-lambang fonetik IPA yang diperkirakan terdapat dalam bunyi bahasa indonesia, dan dengan penyesuaian seperluhnya karena pertimbangan komputerisasi.
Lambang Fonetis
Alfabet Latin
Contoh
[i]
Sama dengan huruf i
[bi+sa] ‘bisa’, [sa+ḍis] ‘sadis
[I]
Sama dengan huruf i bertilde
[so+pIr] ‘sopir’, [sIk’+sa] ‘siksa’
[e]
Sama dengan huruf e
[sa+te] ‘sate’, [so+re] ‘sore
[ɛ]
Sama dengan huruf e capital
[pən+d ɛ?] ‘pendek’, [r ɛ+m ɛh] ‘remeh’
[ə]
Sama dengan huruf e terbalik
[kə+lə+la+war] ‘kelelawar’
[a]
Sama dengan huruf a
[pa+rah] ‘parah’, [sã+ka] ‘saka’
[u]
Sama dengan huruf u
[bu+ku] ‘buku’, [mu+tu] ‘mutu’
[U]
Sama dengan huruf u kapital
[ba+tU?] ‘batuk’, [um+bUl] ‘umbul’
[o]
Sama dengan huruf o
[so +to] ‘soto’, [ka+do] ‘kado’
[O]
Sama dengan huruf o kapital
[?Oñ+cOm] ‘oncom’, [bO+rOs] ‘boros’
[aw]
Huruf a dan w subscript
[pa+yaw] ‘payau’, [ha+ri+maw] ‘harimau’
[Ay]
Huruf a dan y subscript
[san+tay] ‘santai’, [tu+pay] ‘tupai’
[Oy]
Huruf o kapital dan y subscript
[kO+bOy] ‘koboi’, [am+bOy] ‘amboi’
[p]
Sama dengan huruf p
[pa+pan] ‘papan’, [ku+paš] ‘kupas’
[p’]
Huruf p berpetik tunggal
[sap’+ta] ‘sapta’, [a+tap’] ‘atap’
[b]
Sama dengan huruf b
[ka+bar] ‘kabar’, [bu+tUh] ‘butuh’
[t]
Sama dengan huruf t
[ta+ta] ‘tatar’, [tin+ta] ‘tinta’
[t’]
Huruf berpetik tunggal
[a+dat’] ‘adat’, [O+bat’] ‘obat’
[ṭ]
Huruf t bertitik bawah
[pən+ṭOl] ‘penthol’([bakso), [ṭu+ṭU?] ‘pukul’(Jawa)
[d]
Sama dengan huruf d
[da+di] ‘jadi’, [du+du] ‘bukan’ (Jawa)


 [k]
Sama dengan huruf k
[ka+ka?] ‘kakak’, [ku+pas] ‘kupas
[k’]
Huruf k berpetik tunggal
[po+li+tik’] ‘politik’, [prak’+tis] ‘praktis’
[?]
Sama dengan tanda Tanya
[a+ja?] ‘ajak’, [ba?+so? ‘bakso’
[g]
Sama dengan huruf g
[ga+gal] ‘gagal’, [gu+la] ‘gula’
[m]
Sama dengan huruf m
[ma+lam] ‘malam’, [lam+pu] ‘lampu
[n]
Sama dengan huruf n
[pin+tu] ‘pintu’, [pən ťiɳ] ‘penting’
[ṇ]
Huruf n bertitik bawah
[ṇa+ma] ‘nama’, [ta+ ṇam] ‘tanam’
[ñ]
Huruf n bertilde
[ña+ta] ‘nyata’, [ña+ ñi] ‘nyanyi’
[ῆ]
Huruf n berekor
[pu+laῆ] ‘pulang’, [pa ῆ+kal] ‘pangkal’
[c]
Sama dengan huruf c
[ca+car] ‘cacar’, [cu+ra ƞ] ‘curang’
[j]
Sama dengan huruf j
[ja+ja?] ‘jajak’, [ja+ra?] ‘jarak’
[l]
Sama dengan huruf l
[la+lu] ‘lalu’, [li+pat’] lipat’
[r]
Sama dengan huruf r
[ra+mah] ‘ramah’, [ru+mah] ‘rumah’
[s]
Sama dengan huruf s
[sa+ri] ‘sari’, [su+rat’] surat’
[š]
Huruf s bertlide
[ša+rat] ‘syarat’, [ma+ša+ra+kat’] ‘masyarakat’
[z]
Sama dengan huruf z
[za+man] ‘zaman’, [zi+a+rah] ‘ziarah’
[x]
Sama dengan huruf x
[xas] ‘khas’, [xa+lîk’] ‘khalik’
[]
Huruf x bergelung bawah
[ba+li] ‘baligh’ [ma+rîp’] ‘maghrib’
[h]
Sama dengan huruf h
[ha+lus] ‘halus’ [ni+hîl] ‘nihil’
[ħ]
Huruf h bertangkai di atas
[maħ+ka+mah] ‘mahkmah’, [maħ+lU?] ‘makhluk’
[w]
Sama dengan huruf wћ
[wa+jar] ‘wajar’, [ta+wa] ‘tawa’
[ώ]
Huruf w bergaris bawah
[ώ+ώît] ‘mulai’, [ru+ώət] ‘rumit’ [Jawa)
[y]
Sama dengan huruf y
Ba+yi] ‘bayi’, [pə+la+yan] ‘pelayan’












BAB III
A.    Simpulan
Fonetik adalah cabang kajian linguistik yang menelitih bunyi-bunyi bahasa tanpa melihat apakah bunyi-bunyi itu dapat membedakan makna kata atau tidak. Berdasarkan keberadaannya bunyi bahasa itu dapat dikaaji dan dibedakan ada tiga macam fonetik yaitu fonetik artikulatoris, fonetik akustik, dan fonetik auditoris.
Sedangkan yang dimaksud transkripsi fonetik adalah penulisan bunyi-bunyi bahasa secara akurat atau tepat dengan menggunakan huruf atau tulisan fonetik. Dalam  tulisan fonetik setiap bunyi, baik yang segmentalmaupun superasegmental, dilambangkan secara akurat, persis seperti yang diucapkan. Setiap bunyi dilambangkan dengan lambang-lambang sendiri, meskipun perbedaannya hanya sedikit.
Untuk menandai perbedaan-perbedaan bunyi yang kecil digunakan tanda-tanda diakritik.Disamping tulisan fonetik ada juga tulisan fonemik dan tulisan ortografis. Dalam tulisan fonemik setiap fonem  dilambangkan dengan sebuah lambang. Jadi, ada kemungkinan kurang akurat bila dibandingkan dengan tulisan fonetik. Sedangkan ortografis adalah tulisan menurut sistem ejaan yang berlaku untuk suatu bahasa.
Penulis menyarankan pembaca untuk membaca refrensi lain Dalam penulisan makalah ini, penulis mengharapkan agar pembaca maupun peneliti lainnya dapat memberikan sumbasih yang berupa kritik maupun saran yang membangun, yang bertujuan untuk memperkaya serta melengkapi kekurangan-kekurangan dalam penulisan makalah ini.












Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pembuatan Aplikasi E-Learning

PROPOSAL   “Pembuatan Aplikasi E-Learning” Diajukan untuk Tugas Akhir Semester Ganjil Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Guru Mat...