Minggu, 22 Oktober 2017

Sosiolinguistik: Komunikasi Bahasa dan Ilmu-ilmu lain

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Studi bahasa adalah suatu bidang studi yang sifatnya multi disipliner. Maksudnya, di samping kedudukannya sebagai disiplin tersendiri, studi bahasa banyak melibatkan disiplin-disiplin ilmu pengetahuan yang lain. Bahasa adalah salah satu ciri yang paling khas manusiawi yang membedakannya dari makhluk-makhluk yang lain. Ilmu yang mempelajari hakekat dan cirri-ciri bahasa ini disebut ilmu linguistik. Linguistiklah yang mengkaji unsur-unsur bahasa serta hubungan-hubungan unsur itu dalam memenuhi fungsinya sebagai alat perhubungan antarmanusia.
Bahasa dapat dikaji dari berbagai sudut dan memberikan perhatian khusus pada unsu-unsur bahasa yang berbeda-beda dan pada hubungan-hubungan atau struktur yang berbeda-beda.Dengan begitulah lahir beberapa cabang ilmu linguistik. Antara lain: fonologi, morfologi, sintaksis, wacana, tipologi bahasa, lingustik historis, dialektologi, dst.
Sosiolinguistik menempatkan kedudukan bahasa dalam hubungannya dengan pemakainya di dalam masyarakat. Ini berarti bahwa sosiolinguistik memandang bahasa pertama-tama sebagai system social dan sitem komunikasi, serta merupakan bagian dari masyarakat dan kebudayaan tertentu, makalah yang kami susun ini agar dapat memperjelas pengertian dan kajian linguistik dengan  ilmu yang lain.
      Tujuan
1.    Untuk mengetahui hakikat sosiolinguistik.
2.    Untuk mengetahui hakikat komunikasi bahasa dalam bidang sosiolinguistik
3.    Untuk mengetahui hubungan sosiolinguistik dan ilmu-ilmu yang lain.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Sosiolinguistik
Chaer dan agustina (2004:1) Sosiolinguistik merupakan ilmu antar disiplin antara sosiologi dan linguistik, dua bidang ilmu empiris yang mempunyai kaitan yang sangat erat. Maka untuk memahami apa sosiolinguistik itu, perlu terlebih dahulu dibicarakan apa yang dimaksud dengan sosiologi dan linguistik itu. Sosiologi itu adalah kajian yang objektif dan ilmu mengenai ilmiah dan mengenai manusia di dalam masyarakat, dan mengenai lembaga-lembaga, dan proses sosial yang ada dalam masyarakat. Sosiologi berusaha mengetahui bagaimana masyarakat itu terjadi, berlangsung, dan tetap ada. Dengan mempelajari lembaga-lembaga sosial dan segala masalah sosial dalam satu masyarakat, akan diketahui cara-cara manusia menyesuaikan diri dengan lingkungannya, bagaimana mereka bersosialisasi, dan menempatkan diri pada tempatnya masing-masing dalam masyarakat. Sedangkan linguistik adalah bidang ilmu yang mempelajari bahasa, atau bidang ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. Dengan demikian, secara mudah dapat dikatakan bahwa sosiolinguistik adalah bidang ilmu antardisiplin yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa itu di dalam masyarakat.
Pada awal abad ke-20 ini telah menyebutkan bahwa bahasa adalah salah satu lembaga kemasyarakatan, yang sama dengan lembaga kemasyarakatan lain, seperti perkawinan, pewarisan harta peninggalan, dan sebagainya. Kemudian dalam pertengahan abad ini para pakar di bidang bahasa merasa perlu adanya perhatian yang lebih terhadap dimensi kemasyarakatan bahasa. Karena ternyata, dimensi kemasyarakatan bukan hanya memberi “makna” kepada bahasa, tetapi juga menyebabkan terjadinya ragam-ragam bahasa. Lalu, dilihat dari sudut lain, ragam-ragam bahasa ini bukan hanya dapat menunjukkan adanya perbedaan sosial dalam masyarakat, tetapi juga memberi indikasi mengenai situasi berbahasa, dan mencerminkan tujuan, topik, kaidah, dan modus-modus penggunaan bahasa. Pakar lain, Charles Morris, dalam bukunya Sign, Language, and Behavior (1946) yang membicarakan bahasa sbagai sistem lambing (De Seussure  dalam Chaer dan agustina, 2004:2)
Sebagai objek dalam sosiolinguistik, bahasa tidak dilihat atau didekati sebagai bahasa, sebagaimana dilakukan oleh linguistik umum, melainkan dilihat atau didekati sebagai saran interaksi atau komunikasi di dalam masyarakat manusia. Setiap kegiatan kemasyarakatan manusia, mulai dari upacara pemberian nama bayi yang baru lahir sampai upacara pemakaman jenazah tentu tidak akan terlepas dari penggunaan bahasa. Oleh karena itu, bagaimanapun rumusan mengenai sosiolinguistik yang diberikan para pakar tidak akan terlepas dari persoalan hubungan bahasa dengan kegiatan-kegiatan atau aspek-aspek kemasyarakatan. Beberapa rumusan mengenai sosiolinguistik dari beberapa pakar sebagai berikut :
§  Sosiolinguistik lazim didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari ciri dan berbagai variasi bahasa, serta hubungan di antara para bahasawan dengan ciri fungsi variasi bahasa itu di dalam suatu masyarakat bahasa (Kridalaksana 1978:94 dalam Chaer dan agustina, 2004:3)
§  Pengajian bahasa dengan dimensi kemasyarakatan disebut sosiolinguistik (Nababan 1984:2 dalam Chaer dan agustina, 2004:3)
§  Sociolingistics is the study of the characteristics of  language varieties, the characteristics of their functions, and the characteristics of thair speakers as these constantly interact, change and change one another whitin a speech community (= Sosiolinguistik adalah kajian tentang ciri khas variasi bahasa, fungsi-fungsi variasi bahasa, dan pemakaian bahasa karena ketiga unsur ini selalu berinteraksi, berubah, dan saling mengubah satu sama lain dalam satu masyarakat tutur (J.A Fishman 1972:4  dalam Chaer dan agustina, 2004:3)
§  Sociolinguistyiek is de studie van taal en taalgebruik in de kontext van maatschapij een kultuur (= sosiolinguistik adalah kajian mengenai bahasa dan pemakaiannya dalam konteks sosial dan kebudayaan (Rene Appel, Gerad Hubert, Greus Meijer 1976:10 dalam Chaer dan agustina, 2004:3)
§  Sociolinguistiek is subdisiplin van de taalkunde, die bestudert welke social factoren een rol spelen in het taalgebruik er welke taal spelt in het social verkeer (= sosiolinguisti adalah subdisplin ilmu bahasa yang mempelajari faktor-faktor sosial yang berperan dalam penggunaan bahasa dan pergaulan sosial (G,E. Booji, J.G. Kersten dan H.J Verkulyl 1975:139  dalam Chaer dan agustina, 2004:3)
§  Sociolingisistics is the study of langage in operation, it’s purpose is to investegate how the convention of the language use relate to other aspects of social behaviour (= sosiolinguistik adalah kajian bahasa dalam penggunaanya, dengan tujuan untuk meneliti bagaimana konvensi pemakaian bahasa berhubungan dengan aspek-aspek lain dari tingkah laku sosial (C. Criper dan H.G. Widdowson dalam J.P.B. Allen dan S. Piet Corder, 1975:156  dalam Chaer dan agustina 2004:3).
§  Sociolinguistics is a devaloping subfield of  lingustics which takes speech variation as it’s focus, viewing variation or it social context. Sosiolinguistics is concerned with the correlation between such social factors and linguistics variation (= Sosiolinguistik adalah pengembangan subbidang linguistik yang memfokuskan penilaian pada variasi ujaran, serta mengkajinya dalam suatu konteks sosial. Sosiolinguistik meneliti korelasi antara faktor-faktor sosial itu dengan variasi bahasa ( Nancy Parrot Hickerson 1980:81 dalam Chaer dan agustina, 2004:3 )
Kalau disimak definisi-definisi itu, maka dapat disimpulkan bahwa sosiolinguistik adalah cabang ilmu linguistik yang bersifat interdispiner dengan ilmu sosiologi, dengan objek penilaian hubungan antara bahasa dengan faktor-faktor sosial di dalam suatu masyarakat tutur.
1.        Masalah-Masalah Sosiolinguistik
Masalah dalam sosiolinguistik adalah sebagai berikut :
1)      Identitas social dari penutur
2)      Identitas sosial dari pendengar yang terlibat dalam proses komunikasi
3)      Lingkungan sosial tempat peristiwa tutur terjadi
4)      Analisis sinkronik dan diakronik dari dialek-dialek sosial
5)      Penilaian sosial yang berbeda oleh penutur akan perilaku bentuk-bentuk ujaran
6)      Tingaktan variasi dan ragam linguistik
7)      Penerapan praktis dari penilaian sosiolinguistik (Dittmar 1976:128)
Identitas sosial dari penutur adalah dapat diketahui dari pertanyaan siapa dan siapa penutur tersebut, dan bagaimana hubungannya dengan lawan tuturnya. Maka, identitas penutur dapat berupa anggota keluarga ((ayah, ibu, kakak, adik, paman, dan sebagainya), dapat berupa teman karib, atasan atau bawahan (di tempat kerja), guru, murid, tetangga, pejabat, orang yang dituakan, dan sebagainya. Identitas penutur itu dapat mempengaruhi pilihan kode dalam bertutur.Identitas sosial dari pendengar tentu harus dilihat dari pihak penutur. Maka, identitas pendengar itu pun dapat berupa anggota keluarga (ayah, ibu, adik, kakak, paman, dan sebagainya), teman karib, guru, murid, tetangga, orang yang dituakan, dan sebagainya. Identitas pendengar atau para pendengar juga akan mempengaruhi pilihan kode dalam bertutur.
Lingkungan sosial tempat peristiwa tutur terjadi dapat berupa ruang keluarga di dalam sebuah rumah tangga, di dalam mesjid,, di lapangan sepak bola, di ruang kuliah, di perpustakaan, atau pinggir jalan. Tempat peristiwa tutur terjadi dapat pula mempengaruhi pilihan kode dan gaya dalam bertutur. Misalnya, di ruang perpustakaan tentunya kita harus berbicara dengan suara yang tidak keras, di lapangan sepak bola kita boleh berbicara keras-keras, malah di ruang yang bising dengan suara mesin suara-suara kita harus berbicara dengan suara kelas, sebab kalau tidak keras tentu tidak dapat di dengar oleh lawan bicara kita.
Analisis diakronik dan sinkronik dari dialek-dialek sosial berupa deskripsi pola-pola dialek-dialek sosial itu, baik yang berlaku pada masa tertentu atau yang berlaku pada masa tertentu atau yang berlaku pada masa yang tidak terbatas. Dialek sosial ini digunakan para penutur sehubungan dengan kedudukan mereka sebagai anggota kelas-kelas sosial tertentu di dalam masyarakat.
Penilaian sosial yang berbeda oleh penutur terhadap bentuk-bentuk perilaku ujaran. Maksudnya, setiap penutur tentunya mempunyai kelas sosial tertentu di dalam masyarakat. Maka, berdasarkan kelas sosialnya itu, dia mempunyai penilaian tersendiri, yang tentunya sama, atau jika berbeda, tidak akan terlalu jauh dari kelas sosialnya, terhadap bentuk-bentk perilaku ujaran yang berlangsung.
Tingkatan variasi atau linguistik, maksudnya, bahwa sehubungan dengan heterogennya anggota suatu masyarakat tutur, adanya bebagai fungsi sosial dan politik bahasa, serta adanya tingkatan kesempurnaan kode, maka alat komunikasi manusia yang disebut bahasa itu menjadi sangat bervariasi. Setiap variasi, entah namanya dialek, varietas, atau ragam , mempunyai fungsi sosialnya masing-masing.
Dimensi terakhir, yakni penerapan praktis dari penilaian sosiolinguistik, merupakan topik yang membicarakan kegunaan penelitian sosiolinguistik untuk mengatasi masalah-masalah praktis dalam masyarakat. Misalnya, masalah pengajaran bahasa, pembakuan bahasa, penerjemahan, mengatasi konflik sosial akibat konflik bahasa, dan sebagainya.
Kegunaan Sosiolinguistik
Adapun kegunaan sosiolinguistik adalah sebagai berikut :
a.       Dapat kita manfaatkan dalam berkomunikasi dan berinteraksi.
b.      Memberikan pedoman kepada kita dalam berkomunikasi dengan menunjukkan bahasa, ragam bahasa atau gaya bahasa apa yang harus kita gunakan jika kita berbicara dengan orang tertetu.
c.       Menunjukkan bagaimana kita harus berbicara bila kita berada di dalam masjid, di ruang perpustakaan, di taman, di pasar, atau juga di lapangan sepak bola.
B.     Komunikasi Bahasa.
Rumusan-rumusan itu kalau dibutiri akan menghasilkan sejumlah ciri yang merupakan hakikat bahasa. Ciri-ciri yang merupakan hakikat bahasa antara lain adalah bahwa bahasa itu sebuah sistem lambang, berupa bunyi, bersifat arbitrer, produktif, dinamis, beragam, dan manusiawi.
Bahasa adalah sebuah sistem, artinya, bahasa itu dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secaratetap dan dapat dikaidahkan. Sebagai sebuah sistem, bahasa itu tersusun menurut suatu pola tertentu,tidak tersusun secara acak atau sembarangan. Sedangkan sistemis, artinya, sistem bahasa itu bukan merupakan sebuah sistem tunggal,melainkan terdiri dari sejumlah subsitem,yakni subsistem fonologi, morfologi, sintaksis, leksikon. Setiap bahasa memiliki sistem yang berbeda dari bahasa yang lainnya. Misalnya; urutan kata di dalam kalimat bahasa latin adalah tidak penting, oleh karena itu lazi juga disebut bahwa atau bahasa bersifat unik,meskipun juga bersifat universal. Unik artinya memiliki ciri atau sifat khas yang tidak dimiliki bahasa lain, dan universal berarti, memiliki ciri yang sama yang ada pada semua bahasa.
Sistem bahasa yang dibicarakantersebut adalah berupa lambang-lambang dalam bentuk bunyi. Artinya, lambang-lambang itu berupa bunyi, yang lazim disebut bunyi ujar dan bunyi bahasa.Setiap lambang bahasa melambangkan sesuatu yang disebut makna atau konsep.
Lambang bunyi bahasa itu bersifat arbitrer. Artinya, hubungan antara lambang dengan yang dilambangkannyatidak bersifat wajib, bisa berubah, dan tidak dapat dijelaskan mengapa lambang tersebut mengonsepi makna tertentu. Meskipun lambang-lambang bahasa yang bersifat arbitrer, tetapi juga bersifat konfesional. Artinya, setiap penutur suatu bahasa akan mematuhi hubungan antara lambang dengan yang dilambangkannya.
Bahasa itu bersifat produktif, artinya, dengan sejumlah unsur yang terbatas, namun dapat dibuat satuan-satuan ujaran yang hampirtidak terbatas. Umpamanya, menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan W.J.S. Purwadarminta bahasa Indonesiahanya mempunyai lebih kurang 23.000 buah kata; tetapi dengan 23.000 buah kata itu dapat dibuat jutaan kalimat yang tidak terbatas.
Bahasa itu bersifat dinamis, maksudnya, bahasa itu tidak terlepas dari berbagai kemungkinan prubahanyang sewaktu-waktu dapat terjadi. Perubahan itu dapat terjadi pada tataran apa saj; fonologis, sintaksis,semantik,dan leksikon Yang tampak jelas biasanya adalah pada tataran leksikon. Pada setiap waktu mungkin ada saja kosakata baru yang muncul, tetapi juga ada kosa kata lama yang tenggelam, tidak digunakan lagi.
Bahasa itu beragam artinya meskipun sebuah bahasa yang mempunyai kaidah atau polatertentu yang sama, namun karena bahasa itu digunakan oleh penutur yang heterogen yang mempunyai latar belakang sosial dan kebiasaan yang berbeda, maka bahasa itu imenjadi beragam, baik dalam tataran fonologis,morfologis, sintaksis maupun tataran leksikon. Bahasa itu bersifat manusiawi artinya bahasa sebagai alat komunikasi verbal hanya dimiliki manusia. Hewan tidak mempunyai bahasa.
Ciri-ciri bahasa seperti yang dibicarakan di atas yang menjadi indikator akan hakikat bahasa adalah menurut pandangan linguistik umum, yang melihat bahasa sebagai bahasa. Menurut pandangan sosiolinguistik bahasa itu juga mempunyai ciri sebagai alat interaksi sosial dan sebagai alat mengidentifikasikan diri.
 Fungsi-fungsi Bahasa
Secara tradisional kalau dinyatakan apakah bahasa itu, akan dijawab bahwa bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti, alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan,konsep atau juga perasaan. Konsep bahwa bahasa adalah alat untuk menyampaikan pikiran sudah mempunyai sejarah yang panjang jika kita menelusuri sejarah studi bahasa pada masa lalu. Dalam hai ini, Wardhaugh (1972;3-8) juga mengatakan bahwa fungsi bahasa adalah alat komunikasi manusia, baik tertulis maupun lisan. Namun, fungsi ini sudah mencakup lima fungsi dasar, yang menurut kineavy disebut ecpression, information, eksploratian, persuasion dan entertaimen (michel 1967;51).
Bagi sosiolinguistik konsep bahwa bahasa adalah alat atau berfungsi untuk menyampaikan pikiran diamggap terlalu sempit. Dilihat dari segi penutur, maka bahasa itu berfungsi personal atau pribadi. Si penutur bukan hanya mengungkapkan emosi lewat bahasa, tetapi juga memperlihatkan emosi itu sewaktu menyampaikan tuturnya. Dilihat dari segi pendengar atau lawan bicara, maka bahsa itu berfungsi direktif, yaitu mengatur tingkah laku pendengar.
Bila dilihat dari segi kontak antara penutur dan pendengar maka bahasa di sini berfugsi fatik (jakobson 1960, finnocchiaro 1974 menyebutkan interpersonal; dan halliday 1973 menyebutnya interacional), yaitu berfungsi menjalin hubungan, memelihara, memperlihatkan perasaan bersahabat, atau solidaritas social. Bila dilihat dari segi topik ujaran, maka bahasa itu berfungsi referensial (finnocchiaro 174; halliday 1973 menyebut representational; jacobson1960 menyebutnya fungsi kognitif). Disini bahasa itu berfungsi sebagai alat untuk membicarakan objek atau peristiwa yang ada di sekeliling penutur atau yang ada dalam budaya pada umumnya.
Kalau dilihat dari segi kode yang digunakan, maka bahasa itu berfungsi metalingual atau metalinguistik. Tetapi dalam fungsinya di sini bahasa itu digunakan untuk membicarakan atau menjelaskan bahasa. Kalau dilihat dari segi amanat yang akan disampaikan maka bahasa itu berfungsi imaginatif. Bahasa itu dapat digunakan untuk menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan.
Hakikat komunikasi          
Salah satu fungsi bahasa seperti yang dibicarakan diatas adalah sebagai alat komuikasi atau interaksi. Kalau disimak batasan diatas, mka kita dapat tiga komponenyang harus adadalam setiap komunikasi, yaitu:
1.      Pihak yangberkomunikasi, yakni pengirirm dan penerima informasi yang dikomunikasikan, yang lazim disebut partisipan.
2.      Informasi yang dikomunikasikan.
3.      Alat yang digunakan dalam komunikasi itu.
Pihak yang terlibat dalam suatu proses komunikasi tentunya ada dua orang atau dua kelompok orang, yaitu pertama yang mengirim (sender) informasi, dan yang kedua yang menerima (receiver) informasi. Informasi yang disampaikan tentunya berupa suatu ide, gagasan, keterangan, atau pesan. Sedangkan alat yang digunakan dapat berupa simbol/lambang seperti bahasa ( karena hakikat bahasa adalah sebuah sisitem lambang); berupa tanda-tanda, seperti rambu-rambu lalu lintas, gambaran, atau peetunjuk; dan dapat juga berupa gerak gerik anggota badan (kinestik).Suatu proses komunikasi memang sering kali tidak dapat berjalan dengam mulus karena adanya gangguan atau hambatan. Tiadanya kesadaran dari salah satu pihak partisipan merupakan suatu hambatan. Gangguan atau hambatan lain, misalnya, daya pendengaran salah salah satu partisipan yang kurang baik, suara bising di tempat komunikasi berlangsung, atau juga kemampuan penggunaan bahasa yang kurang.
Dalam setiap komunikasi-bahasa ada dua pihak yang terlibat, yaitu pengirim pesan (sender) dan penerima pesan (reseiver). Ujaran (berupa kalimat atau kalimat-kalimat) yang digunakan untuk menyampaikan pesan (berupa gagasan, pikiran, sarab, dan sebagainya) itu disebut pesan. Dalam hal ini pesan itu tidak lain pembawa gagasan  (pikiran, saran, dan   sebagainya) yang disampaikan pengirim (penutur) kepada penerima (pendengar).
            Ada duamacam komunikasi bahasa, yaitu komunikasi searah dan komunikasi dua arah. Dalam komunikasi searah, si pengirim tetap sebagai pengirim, dan si penerima tetap sebagai penerima. Dalam komunikasi dua arah, secara berganti-ganti si pengirim bisa menkadi penerima, dan penerima bisa menjadi pengirim.
            Bahasa itu dapat mempengaruhi perilaku manusia. Maka kalau si penutur mengetahui respon si pendengar terhadap tuturannya, dia bisa melihat umpan balik, yang dapat berwujud perilaku tertentu yang dilakukan pendengar setelah mendengar tuturan si pendengar. Dengan demikian, umpan balik berfungsi sebagai sistem mengecek respon, yang jika diperlihatkan si penutur dapat menyesuaikan diri dalam menyampaikan pesan/tuturan berikutnya.
            Sebagai alat komunikasi, bahasa itu terdiri dari dua aspek, yaitu aspek linguistik dan Aaspek nonlinguistik ataubparalinguistik. Kedua aspek ini ‘’bekerja sama’’ dalam membangun komunikasi-bahasa itu. Aspek paralinguistik mencakup ( 1 ) kualitas ujaran, yaitu pola ujaran seseorang ; ( 2 ) unsur suprasegmental, yaitu tekanan (stres), nada (pitch), dan intonasi ; ( 3 ) jarak dan gerak-gerik tubuh ; ( 4 ) rabaan , yakni yang berkenaan dengan indera perasa (pada kulit).
            Komunikasi-bahasa atau komunikasi yang menggunakan bahasa sebagai alatnya mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan jenis komunikasi lainnya, termasuk komunikasi yang berlaku pada masyarakat hewan. Komunikasi dengan gerak isyarat tangan yang berlaku untuk orang bisu tuli dan komunikasi membaca gerak bibir yang juga berlaku untuk orang bisu tuli sudah tidak dapat digunakan lagi dalam keadaan gelap atau tidak ada cahaya, karena kedua jenis komunikasi itu sangat mengandalkan penglihatan mata untuk menangkap dan memahami bahasa gerak tangan dan bahasa bibir itu. Sedangkan komunikasi-bahasa masih dapat digunakan meski dalam keadaan gelap sekalipun. Malah dengan bantuan alat-alat modern dewasa ini sistem komunikasi-bahasa dapat menembus jarak dan waktu.
            Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan terhadap sistem komunikasi pelbagai jenis burung. Penelitian itu menyimpulkan bahwa dalam sistem komunikasi burung yang berupa ‘’bunyi burung’’ dapat dibedakan adanya dua macam bentuk komunikasi, yaitu (1) panggilan (bird call), dan (2) nyanyian (bird song). Jenis komunikasi burung yang disebut panggilan berupa bunyi yang terdiri dari satu nada pendek atau lebih, yang isinya atau pesennya bunyi yang terdiri dari satu nada pendek atau lebih, yang isinya atau pesennya sudah ditentukan sejak lahir. Isi atau pesan ini berhubungan dengan bahaya, makanan, bersarang, dan berkelompok. Panggilan mempunyai makna jadi, merupakan satu bentuk komunikasi.
            Beberapa jenis burung, termasuk beo dan kakak tua, dapat menirukan bunyi burung lain dan juga suara manusia kalau burung tersebut dipelihara. Tetapi kemampuan yang dimiliki burung-burung itu hanyalah sampai tahap menirukan bunyi (termasuk ujaran) yang pernah didengarnya . dia tidak mempunyai kemampuan untuk membuat kalimat-kalimat baru dari kata-kata yang sudah dapat ditirukannya. Jadi jelas berbeda dengan manusia yang dapat membuat kalimat-kalimat baru dalam jumlah yang tidak terbatas, yang belum pernah didengar atau dibuat orang, dari kata-kata yang sudah diketahuinya.
            Penelitian terhadap alat komunikasi lumba-lumba (dolfin) menunjukkan bahwa lumba-lumba menggunakan bunyi vokal yang mirip bunyi ‘’ceklekan’’ untuk mengetahui dengan tepat lokasi objek-objek yang mungkin menghalangi perjalanannya di dalam laut. Selain bunyi vokal itu, lumba-lumba bisa mengeluarkan bunyi seperti bersiul dan bunyi ‘’berkuak’’. Kedua jenis bunyi ini berkenaan dengan situasi emosi lumba-lumba itu. Bunyi siulan yang tinggi nadanya lalu turun merendah menunjukkan bahwa lumba-lumba itu minta tolong karemna berada dalam keadaan bahaya. Ada juga bunyi untuk memanggil lawan jenisnya untuk bentuk biologis. Bunyi lumba-lumba ini dapat merambat dengan cepat di dalam air sehingga dapat ditangkap dengan segera oleh lumba-lumba lainnya. Eksperimen yang dilakukan membuktikan bahwa lumba-lumba tidak berkomunikasi sesamanya dengan bunyi-bunyi tersebut, dan kalaupun tampak bahwa lumba-lumba itu dapat berkomunikasi dengan manusia adalah sebagai hasil respon-respon yang telah dilatihkan (conditioned responses).
  • Keistimewaan Bahasa Manusia
 Hakikat komunikasi sebagai suatu sistem yang dimiliki manusia maupun yang ada pada dunia hewan. Berikut ini kita lihat bagaimana kelebihan atau keistimewaan bahasa sebagai alat komunikasi manusia dibandingkan dengan alat-alat  komunikasi yang ada pada dunia hewan. Pembicaraan diangkat dari Akmajian 1979.
Ada 16 butir ciri khusus yang membedakan sistem komunikasi bahasa dari sistim komunikasi makhluk lainnya. Keenam belas ciri itu adalah sebagai berikut.
1.             Bahasa itu menggunakan jalur vokal auditif.
2.             Bahasa dapat tersiar ke segala arah, tetapi penerimaannya terarah.
3.             Lambang bahasa yang berupa bunyi itu cepat hilang setelah diucapkan.
4.             Partisipan dalam komunikasi bahasa dapat saling berkomunikasi.
5.             Lambang bahasa itu dapat menjadi umpan balik yang lengkap.
6.             Komunikasi bahasa mempunyai spesialisasi.
7.             Lambang-lambang bunyi dalam komunikasi bahasa adalah bermakna atau merujuk pada hal-hal tertentu.
8.     Hubungan antara lambang bahasa dengan maknanya bukan ditentukan oleh adanya suatu ikatan antara keduanya, tetapi di tentukan oleh suatu persetujuan atau konvensi di antara para penutur suatu bahasa.
9.        Bahasa sebagai alat komunikasi manusia dapat dipisahkan menjadi unit satuan –satuan, yakni, kalimat, kata, morfem, dan fonem.
10.         Rujukan atau yang sedang dibicarakan dalam bahasa tidak harus selalu ada pada tempat dan waktu kini.
11.         Bahasa bersifat terbuka.
12.   Kepandaian dan kemahiran untuk menguasai aturan-aturan dan kebiasaan-kebiasaan berbahasa manusia diperoleh dari belajar, bukan melalui gen-gen yang dibawa sejak lahir.
13.         Bahasa itu dapat dipelajari.
14.         Bahasa dapat digunakan untuk menyatakan yang benar dan yang tidak benar, atau juga yang tidak bermakna secara logika.
15.         Bahasa memiliki dua subsistem, yaitu subsistem bunyi dan subsistem makna, yang memungkinkan bahasa itu memiliki keekonomisan fungsi.
16.         Bahasa itu dapat kita gunakan untuk membicarakan bahasa itu sendiri.
C.    Sosiolinguistik dan ilmu-ilmu yang lain
Sosio adalah masyarakat dan linguistik adalah kajian bahasa. Jadi, sosiolinguistik adalah kajian tentang bahasa yang dikaitkan dengan kondisi kemasyarakatan. Sosiolinguistik menyoroti keseluruhan masalah yang berhubungan dengan organisasi perilaku bahasa, tidak hanya mencakup pemakaiaan bahasa saja, melainkan juga sikap-sikap bahasa, perilaku terhadap bahasa dan pemakaian bahasa. Nababan sejalan dengan halliday dalam pernyataanya “ sosiolinguistik adalah kajian atau pembahasan bahasa sehubungan dengan penutur bahasa itu sebagai anggita masyarakat” (Nababan dalam sumarsono, 2011:4)
Batasan dalam kajian sosiolinguistik itu meliputi tiga hal, yakni bahasa, masyarakat, dan hubungan antara bahasa dan masyarakat. Cakupan sosiolinguistik akan semakin jelas jika kita lihat paparan yang membandingkan sosiolinguistik dengan bidang studi lain yang terkait, sebagaimana dijelaskan dibawah ini.
1.      Sosiolinguistik dengan sosiologi.
Sumarsono (2011:5) sosiologi mempelajari antara lain struktur sosial, organisasi kemasyarakatan, hubungan antaranggota masyarakat, tingkah laku masyarakat. Secara konkrit sosiologi emempelajari kelompok-kelompok dalam masyarakat, seperti keluarga, clan (sub suku), suku dan bangsa. Tentu saja, untuk mempelajari kasta-kasta dan adat istiadat kita harus mempunyai data yang memadai, yang melibatkan banyak orang atau anggota masyarakat. Kita tidak dapat menggatakan susunan orang jawa begini-begitu, jika kita hanya mendasarkan pada satu keluarga jawa saja. Sosiolinguistik yang mempelajari bahasa dalam hubungan dengan masyarakat memiliki persamaan dengan sosiologi, dalam arti sosiologuistik memerlukan data atau subjek lebih dari satu orang individu. Dalam kajian keduanya menggunakan metode kuantitatif. Sosiolinguistik juga menggunakan metode sampling ( random atau acak), karena tidak mungkin semua anggota masyarakat dilibatkan atau dijadikan subjek, sehingga tidak mustahil jika sosiolinguistik juga menggunakan statistik, seperti halnya sosiologi. Namun kita lihat perbedaan antara kedua studi tersebut. Sampai tahap tertentu sosiologi memang menyentuh bahasa, tetapi tentu saja soiologi tidak sampai berbicara tentang bahasa itu sampai pada hal yang sekecil-kecilnya, misalnya tentang struktur kalimat. Sosiologi juga tidak akan berbicara tentang ragam bahasa yang dipakai oleh seseorang dalam kelompok masyarakat. Sebaliknya, justru ragam bahasa itulah yang menjadi objek sosiolinguistik. Jadi, objek utama sosiologi bukan bahasa melainkan masyarakat, dan dengan tujuan mendiskripsikan masyarakat dan tingkah laku. Dan objek utama SL adalah variasi bahasa, bukan masyarakat.
2.      Sosiolinguistik dengan linguistik umum.
Sumarsono (2004:7) linguistik umum merupakan kajian yang mencakup fonologi, morfologi dan sintaksis. Linguistik disini hanya berbicara tentang struktur bahasa, mencakup bidang struktur bunyi, struktur morfologi, struktur kalimat dan belakangan ini struktur wacana. Linguistik mempunyai pandangan monolitik terhadap suatau bahasa. Artinya bahasa dianggap menjadi suatu sistem yang tunggal (1) linguistik melihat bahasa sebagai suatu sistem tertutup, suatu sisitem yang berdiri sendiri terlepas dengan kaitanya dengan struktur masyarakat. Dalam pnelitian, seorang linguis memakai satu atau dua orang subjek sebagai informan. Tutur informan itu kemudian dianlisis dan dari satu dua orang itu kemudian orang si linguis menyusun tata bahasa atau memerikan struktur bahasa yang diteliti. Tentu saja informan itu terpilih dari orang-orangf yang bertutur dalam satu ragam teretentu, yaitu ragam baku. Tentu saja kaidah “tata bahasa” berlaku bagi semua ragam bahasa.
Sumarsono (2004:8) sosiolinguistik juga berbicara tentang bahasa metode yang digunakan juga serupa , yaitu deskriptif, dalam arti, menelaah objek sebagaimana adanya pada saat tertentu. Tetapi, perbedaan dengan linguistik juga bersifat mendasar. Sosiolinguistik justru tidak mengaku adanya konsep monolitik itu, karena sosiolinguistik menggangap setiap bahasa mempunyai sejumlah variasi. Setiap bahasa bervariasi, tidak ada satupun bahasa seseorang atau dialek satu pun yang tidak bervariasi. Sosiolinguistik melihat bahasa sebagai suatu sistem terbuka, sebagai suatu sisitem yang  berkaitan dengan struktur masyarakat, bahasa dilihat sebagai sistem yang tidak terlepas dari ciri-ciri penutur dan dari nilai-nilai sosial budaya yang dipatuhi oleh penutur itu. Linguistik sesuai dengan namanya sangat mengutamakan struktur dan bunyi, sedangkan makna dinomorduakan. Sosiolinguistik lebih minitikberatkan fungsi bahasa dalam penggunaan, makna bahasa secara sosial. Karena itu pula, sosiolinguistik tidak mungkin memakai satu-dua orang sebagai informan, melainkan memakai banyak informan, banyak pengguna bahasa.
Karena fokus pemerian linguistik itu struktur atau bunyi bahasa sebagai sistem, wajar kalau data yang dipakai adalah data tutur verbal  , dan satuan terbesar yang digarap umumnya hanya pada tataran kalimat. Sebaliknya, seorang sosiolinguis, yang bfokusnya fungsi bahasa, data yang dicari dan dialisis adalah data verbal plus nonverbal dan non linguistik. Sosiolinguistik memperhatikan fonologi, semantik dan sintaksis, tetapi satuan terbesar y6ang menjadi objeknya adalah wacana, baru turun ketataran yang lebih kecil. Karena masalah sosiolinguistik fungsi bahasa, pendekatanya tidak cukup satu displin ilmu saja melainkan harus multidispliner, meliputi sosiologi, antropologi, psikologi sosial. 
3.      Sosiolinguistik dialelektologi.
Sumarsono (2004:9) dialektologi adalah kajian tentang variasi bahasa juga. Dia mempelajari berbagai dialek dalam bahasa yang tersebar di berbagai wilayah. Tujuanya untuk mencari hubungan kekeluargaan diatara dialek-dialek itu, juga menentukan sejarah perubahan bunyi atau bentuk kata, berikut maknanya, dari masa kemasa dan dari satu tempat ke tempat lain. Titik berat kajian terletak pada . Setelah ditemukan sejumlah kata yang mempunyai berbagai bentuk (atau lafal)pada sejumlah dialek di berbagai tempat, dialektologim membuat semacam peta, yakni peta dialek. Dapat kita simpulkan, metode yang dipakai oleh dialektologi adalah metode komparatif dan metode historis-diakronis. Artinya, dia membanding-bandingkan, dan di dalam membandingkan–bandingkan, dan di dalam membandingkan itu dialektologi  menunjukkan sejarah dari bentuk sebuah kata , karena itu dia menjangkau lebih dari satu masa, yaitu masa kini dan masa lampau. Disamping itu jelas pula bagi penglihatan kita, dialektogi meneliti kata-kata pada dialek-dialek regional, yaitu dialek yang didasarkan atas batas-batas wilayah alam. Sosiolinguistik juga menggunakan metode komparatif tapi biasanya bukan historis-diakronis, yang dibandingkan juga bukan hanya kata-kata. Sosiolongistik kadang-kadang meneliti persoalan seperti “kapan si A menggunakan kata X dan kapan menggunakan kata Z ?”, tetapi perbandingan itu masih dalam batas waktu dimana si A itu hidup dengan kata lain sosiolinguistik menggunakan metode deskriptif sinkronis, yaitu melihat objek sebagaimana adanya pada suatu saat tertentu. Kajian sosiolinguistik bersifat kesejarahan. Perbedaan lain yang cukup mendasar sosiolinguistik banyak menitik beratkan kajiannya atas fariasi bahasa bukan batas-batas regional atau alam, melainkan pada batas-batas kemasyarakatan.  
4.      Sosiolinguistik dengan retorika.
Sumarsono (2004:11) retoris ialah pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban dari yang di tanya, yang menjawab adalah penannya sendiri. Retorika disini di maksudkan sebagai kajian tentang tutur terpilih, seseorang yang bertutur mempunyai kesempatan menggunakan berbagai variasi bahasa. Untuk memilih bentuk atau kalimat yang di ucapkan seseorang bisa memeprtimbangkan yang paling efektif untuk situasi dan kondisi pada waktu itu. Bagaimana si penutur menggunakan suatu bentuk ujaran situasi dan kondisi yang mendukung pemilihan bentuk itu. Sehingga orang yang di suruh pergi misalnya, betul-betul mau pergi, merupakan persoalan retorika.
Jelas dalam variasi bahasa, retorika mempunyai kesejajaran dengan sosiolinguistik yaitu variasi bahasa sebagai objek studi keduanya. Tetapi tidak seperti retorika sosiolinguistik tidak hanya memperhatikan bentuk-bentuk bahasa terpilih saja, melainkan semua variasi yang ada kemudian di kaitkan dengan dasar atau faktor yang memunculkan variasi itu. Retorika cenderung ke arah kajian tutur individu, yang tentu saja tidak menjadi objek sosiolinguistik.
5.      Sosiolingistik dengan Psosiologi sosial.
Sumarsono (2004:12) psikologi mengurusi masalah proses mental individu, seperti inteligansi, minat, sikap, dan kepribadian. Manakala macam masalah semcam itu menyangkut sekelompok manusia, analisisnya di tangani oleh sosiologi sosial. Hubungan sosiologi dan sikologi sosial dapat kita lihat pada segi metologi. Sosiologi dapat mendekati suatu masalah sosiolinguistik seperti pilihan bahasa yaitu bahasa atau ragam bahasa yang di pilih ileh seorang penutur ketika ia melakukan interaksi ferbal dengan cara mengamati sempel yang akan di teliti dalam kaitannya dengan struktur sosial dan melakukan analisis statistik terhadap survai itu. Jika kita memakai metode pendekatan sosiologi sosial perhatian kita lebih tertuju kepada proses psikologis dari pada kategori sosial yang luas, kita juga dapat melakukan hal-hal sebagaimana sosiologi, seperti melakukan survai, menentukan sampel dan memakai analisis statistik, tetapi yang kita cari lebih mengarah kepada motivasi-motivasi individual dari pada struktur sosial. Dengan kata lain psikologi sosial lebih berwawasan perorangan dari pada berwawasan sosial. Pendekatan psikologi sosial bisa pula kita pakai untuk menganalisis sikap bahasa yaitu sikap sekelompok masyarakat terhadap suatu bahasa.  
6.      Sosiologi dengan antropologi.
Sumarsono (2004:13) Antropologi adalah kajian tentang masyarakat dari sudut kebudayaan dalam arti luas. Kebudayaan dalam arti luas bisa mencakup hal-hal seperti kebiasaan, adat, hukum, nilai dan lembaga sosial. Bagi antropologi, bahasa sering kali di anggap sebagai ciri penting bagi jati diri sekelompok orang berdasarkan etnik.
            Bagaimana seorang warga kota berhubungan dengan warga lain, bahasa apa yang dipakai, merupakan kajian sosiolinguistik. Metode yang di pakai untuk mengumpulkan data dapat berupa wawancara atau pengamatan. Salah satu teknik pengamatan yang dipakai oleh sosiolinguistik dan antropologi adalah pengamatan berpatisipasi.

BAB III
PENUTUP
SIMPULAN
Sosiolinguistik adalah ilmu yang mengkaji bahasa yang digunakan  manusia di dalam masyarakat. Komponen yang ada dalam komunikasi bahasa yaitu penutur atau pengirim pesan, alat komunikasi berupa bahasa, dan penerima pesan atau receiver.  Sebagai objek dalam sosiolinguistik, bahasa tidak dilihat atau didekati sebagai bahasa, sebagaimana dilakukan oleh linguistik umum, melainkan dilihat atau didekati sebagai saran interaksi atau komunikasi di dalam masyarakat manusia.
                                                                                           
DAFTAR PUSTAKA
Sumarsono. 2011. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Lembaga Studi Agama, Budaya, dan Perdamaian.

Chaer, Abdul dan Agustina, Leonie. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: PT Trineka Cipta. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pembuatan Aplikasi E-Learning

PROPOSAL   “Pembuatan Aplikasi E-Learning” Diajukan untuk Tugas Akhir Semester Ganjil Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Guru Mat...