BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada hakikatnya
manusia selalu berinteraksi dan bekerja sama dengan orang lain, hal ini
dilakukan untuk berkomunikasi, bekerja sama, dalam kehidupannya. Adapun bentuk
komunikasi tersebut dapat berupa kegiatan berbahasa yang melibatkan
sekurang-kurangnya dua individu dalam proses komunikasi.
Dapat
difungsikan dua individu tersebut dapat berperan sebagai “sender” dan yang satu
sebagai “receiver”. Dalam hal ini komunikasi merupakan bentuk interaksi dua
arah. Kemampuan berbicara atau bertutur ini dapat diperoleh secara berjenjang
sesuai dengan tingkatan usianya, yaitu sejak bayi , anak-anak, remaja, dan
dewasa.
Dalam
berinteraksi dengan seseorang yang disekitar atau sekelilingnya akan
mempengaruhi pemerolehan bunyi bahasanya, dengan banyaknya berinteraksi yang dilakukan
lebih cepet memperoleh (bunyi) bahasa seorang bayi.
Salah satu
pengetahuan yang diperlukan untuk memahami suatu bahasa adalah pengetahuan
tentang posisi dan fungsi bunyi dalam bahasa, juga bagaimana bunyi itu
dirangkai bersama untuk membentuk beberapa unit makna. Oleh karna itu,
pengetahuan tidak dianggap lengkap dengan hanya memahami morfem, kata, frasa,
dan kalimat saja, tanpa mengetahui bunyi bahasa.
Bidang fonologi digunakan sebagai ilmu tentang
bunyi bahasa, terutama yang mencakup sejarah dan teori perubahan bunyi,
fonologi dibagi menjadi dua yaitu fonetik dan fonemik. Fonetik adalah bunyi-bunyi
dianggap sebagai bahan mentah, bagaikan batu pasir, semen sebagai bahan mentah
bangunan rumah. Fonologi yang memandang bunyi-bunyi ujar demikian lazim.
Yang kedua fonemik yaitu bunyi-bunyi dipandang sebagai
bagian dari sistem bahasa yang berfungsi untuk membedakan makna. Fonologi yang
memandang bunyi-bunyi ujar itu sebagai bagian dari sistem bahasa pada umumnya.
Namun pada pembahasan makalah ini penulis hanya membahas tentang kajian fonetik
dan jenis-jenis fonetik. Fonetik sangat berguna untuk tujuan-tujuan seperti
pengajaran diksi, penguasaan ujaran bunyi-bunyi bahasa asing, perbaikan
kualitas bertutur bagi mereka yang menghadapi masalah kurang daya
pendengarannya.
Transkripsi
fonetik digunakan dalam penulisan fonetik menjadi pembeda antara bunyi bahasa
yang satu dengan bunyi bahasa yang lain. Studi fonetik ini memerlukan potensi
yang melibatkan pemahaman, keterampilan pelafalan fonetik alfabet yang terdiri dari 26 keterampilan pentranskripsian, dan aktivitas
lainnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang
telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimana
definisi fonologi ?
2. Bagaimana
definisi fonetik ?
3. Mengidentifikasi jenis-jenis fonetik ?
4. Bagaimana
Transkripsi fonetik ?
C. Batasan Masalah
Penulis membatasi permasalahan hanya
membahas tentang
1. Bagaimana
definisi fonologi, definisi fonetik, mengidentifikasi
jenis-jenis fonetik dan transkripsi fonetik.
D. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk menambah
wawasan mengenai transkripsi fonologi.
2. Untuk
mengetahui transkripsi
fonetik .
3. Untuk mengetahui jenis-jenis fonetik
E. Manfaat
1.
Manfaat
teoritis
·
Sebagai bahan informasi tentang fonologi Bahasa
Indonesia.
·
Sebagai bahan banding hasil pembelajaran.
2.
Manfaat praktis
·
Sebagai tambahan khazanah keilmuan
·
Untuk menambah wawasan pengetahuan
pembelajaran mahasiswa prodi Bahasa dan Sastra Indonesia
·
Meningkatkan pemblajaran tentang pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia
F. Definisi oprasional
Menurut Kridalaksana (2002) dalam
kamus linguistik, fonologi adalah bidang dalam linguistik yang menyelidiki
bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya.
Fonologi dimaknai sebagai ilmu
tentang bunyi bahasa, terutama yang mencakup sejarah dan teori perubahan bunyi
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1988:244).
Menurut Clark dan Yallop (1990), fonetik meupakan bidang
yang berkaitan erat dengan kajian bagaimana cara manusia berbahasa serta
mendengar dan memproses ujaran yang diterima. Fonetik sangat berguna untuk
tujuan-tujuan seperti pengajaran diksi, penguasaan ujaran bunyi-bunyi bahasa
asing, perbaikan kualitas bertutur bagi mereka yang menghadapi masalah kurang
daya pendengarannya.
Menurut
Abdul Chaer 2013: 11-12 Ada tiga macam fonemik diantaranya sebagai berikut !
Ø Fonetik
artikulatoris
Fonetik artikulatoris disebut juga fonetik organis atau
fonetik fisiologis meneliti bagaimana bunyi-bunyi bahasa itu diproduksi oleh
alat-alat ucap manusia.
Ø Fonetik
akustik,
Fonetik akustik, Adalah fonetik yang objeknya adalah
bunyi bahasa ketika merambat di udara dan berkenaan dengan kajian fisika.
Ø Fonetik
auditori
Fonetik auditori meneliti bagaimana bunyi-bunyi bahasa
itu “diterima” oleh telinga, sehingga bunyi-bunyi itu didengar dan dapat
dipahami.
Transkripsi fonetik adalah penulisan bunyi-bunyi bahasa
secara akurat atau secara tepat dengan menggunakan huruf atau tulisan fonetik.
Huruf fonetik ini dibuat bedasarkan huruf (alphabet) latin yang
dimodifikasikan, atau diberi tanda-tanda diakritik.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
fonologi
Fonologi berasal dari kata
phonology, yaitu gabungan phone dan logy. Kata phone: bahasa, baik berupa vokal
maupun bunyi konsonan: sedangkan kata logy : ilmu pengetahuan, metode atau
pikiran (homby,19174:627).
Menurut Kridalaksana (2002) dalam
kamus linguistik, fonologi adalah bidang dalam linguistik yang menyelidiki
bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya.
Fonologi dimaknai sebagai ilmu
tentang bunyi bahasa, terutama yang mencakup sejarah dan teori perubahan bunyi
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1988:244).
Fonologi adalah bunyi-bunyi bahasa
sebagai satuan terkecil dari ujaran beserta dengan “gabungan” antar bunyi yang
membentuk silabel atau suku kata. Serta juga dengan unsur-unsur
suprasegmentalnya, seperti tekanan, nada, hentian dan durasi.
Dalam beberapa bahasa tertentu unsur
suprasegmental-yang juga menjadi objek
kajian fonologi- seperti nada, tekanan, dan durasi akan memberi “warna” makna
pula terhadap wujud sebuah morfem atau kata. Jadi, kajian fonologi masih
terlibat dalam kajian morfologi. Satuan morfem ada satuan ujar yang disebut
kata, frase klausa, dan (ujarannya dalam bentuk wacana) kalimat, yang menjadi
objek kajian linguistik bidang sintaksis. Dalam kajian sintaksis ini fonologi
juga masih terlibat karena sering kali makna sebuah ujaran /kalimat tergantung
pada unsur-unsur suprasegmentalnya.
Hasil kajin fonologi juga diperlukan
dalam bidang klinis yaitu dalam membantu mereka yang mendapat hambatan dalam
berbicara maupun mendengar, Yang sangat diperlukan disini adalah hasil kajian
fonetiknya. Diluar kajian linguistikmasih banyak bidang kegiatan lain yang
memerlukan bantuan fonologi. Misalnya, seni suara, seni musik, seni sastra dan
seni berbicara.
Menurut Mansur
Muslich 2011 (1-2) Fonologi adalah bunyi-bunyi ujar yang diselidiki oleh
cabang linguistik, bunyi-bunyi ujar ini dapat dipelajari degan dua sudut
pandang.
Pertama,
bunyi-bunyi ujar dipandang sebagai media bahasa semata, tak ubahnya seperti
benda atau zat. Dengan demikian, bunyi-bunyi dianggap sebagai bahan mentah,
bagaikan batu pasir, semen sebagai bahan mentah bangunan rumah. Fonologi yang
memandang bunyi-bunyi ujar demikian lazim disebut fonetik.
Kedua , bunyi-bunyi
dipandang sebagai bagian dari sistem bahasa. Bunyi-bunyi ujar merupakan
unsure-unsur bahasa yang terkecil yang merupakan bagian dari struktur kata dan
yang sekaligus berfungsi untuk membedakan makna. Fonologi yang memandang
bunyi-bunyi ujar itu sebagai bagian dari sistem bahasa lazim disebut fonemik.
Dari dua sudut pandang tentang bunyi ujar tersebut dapat
disimpulkan bahwa fonologi mempunyai dua cabang kajian, (1) fonetik, dan (2)
fonemik.
B.
Fonetik
Menurut Abdul Chaer (2013: 10) Fonetik adalah cabang
kajian linguistic yang meliputi bunyi-bunyi bahasa tanpa melihat apakah
bunyi-bunyi itu dapat membedakan makna atau tidak. Hal ini berbeda dengan
fonemik yang meneliti bunyi-bunyi bahasa dengan melihat bunyi itu sebagai
satuan yang dapat membedakan makna kata.
Menurut (O’Connor, 1982: 10-11, Ladefoged,1982: 1) fonetik
merupakan bidang kajian pengetahuan (science)
yang menelaah bagaimana manusia menghasilkan bunyi-bunyi bahasa dalam ujaran, menelaah
gelombang-gelombang bunyi bahasa yang dikeluarkan, dan bagaimana alat
pendengaran manusia menerima bunyi-bunyi bahasa untuk dianalisis oleh otak
manusia.
Menurut Clark dan Yallop (1990), fonetik meupakan bidang
yang berkaitan erat dengan kajian bagaimana cara manusia berbahasa serta
mendengar dan memproses ujaran yang diterima. Fonetik sangat berguna untuk
tujuan-tujuan seperti pengajaran diksi, penguasaan ujaran bunyi-bunyi bahasa
asing, perbaikan kualitas bertutur bagi mereka yang menghadapi masalah kurang
daya pendengarannya.
C.
Jenis-jenis
fonetik
Kemudian, bedasarkan di mana beradanya bunyi bahasa itu
sewaktu dikaji, dibedakan adanya tiga macam fonetik, yaitu fonetik
artikulatoris, fonetik akustik, dan fonetik auditoris. Sewaktu bunyi itu berada dalam proses
produksi di dalam mulut penutur, dia menjadi objek kajian fonetik artikulatoris
atau fonetik organis. Sewaktu bunyi bahasa itu berada atau sedang merambat di
udara menuju telinga pendengar, dia menjadi objek kajian fonetik akustik. Lalu,
sewaktu bunyi bahasa itu sampai atau berada di telinga pendengar, dia menjadi
objek kajian fonetik auditoris.
Ø Menurut
Abdul Chaer 2013: 11-12 Ada tiga macam fonemik diantaranya sebagai berikut !
1)
Fonetik artikulatoris
Fonetik artikulatoris disebut juga fonetik organis atau
fonetik fisiologis meneliti bagaimana bunyi-bunyi bahasa itu diproduksi oleh
alat-alat ucap manusia. Pembahasannya, antara lain meliputi masalah alat-alat
ucap yang digunakan dalam memproduksi bunyi bahasa itu ; mekanisme arus udara
yang digunakan dalam memproduksi bunyi bahasa; bagaimana bunyi bahasa itu
dibuat; mengenai klasifikasi bunyi bahasa yang dihasilkan serta apa kriteriaa
yang digunakan; mengenai silabel; dan juga mengenai unsure-unsur atau
cirri-ciri suprasegmental, seperti tekanan, jeda, durasi, dan nada.
2) Fonetik
akustik,
Fonetik akustik, Adalah fonetik yang objeknya adalah
bunyi bahasa ketika merambat di udara, antara lain membicarakan : gelombang
bunyi beserta frekuensi dan kecepatannya ketika merambat di udara, spectrum,
tekanan, dan intensitas bunyi. Juga mengenai skala desible, resonansi, akustik
produksi bunyi, serta pengukuran akustik itu. Kajian fonetik akustik lebih
mengarah kepada kajian fisika daripada kajian linguistic, meskipun linguistik
memiliki kepentingaan di dalamnya.
3) Fonetik
auditori
Fonetik auditori meneliti bagaimana bunyi-bunyi bahasa
itu “diterima” oleh telinga, sehingga bunyi-bunyi itu didengar dan dapat
dipahami. Dalam hal ini tentunya pembahasan mengenai struktur dan fungsi alat
dengar, yang disebut telinga itu bekerja. Bagaimana mekanisme penerimaan bunyi
bahasa itu, sehingga bisa dipahami. Oleh karena itu, kiranya kajian fonetik
auditori lebih berkenaan dengan ilmu kedokteran, termasuk kajian neurologi.
Dari ketiga jenis fonetik itu jelas, yang paling
berkaitan dengan ilmu linguistic adalah fonetik artikulatoris, karena fonetik
ini sangat berkenaan dengan masalah bagaimana bunyi bahasa itu diproduksi atau
dihasilkan. Sedangkan fonetik akustik lebih berkenaan dengan kajian fisika,
yang dilakukan setelah bunyi-bunyi itu dihasilkan dan sedang merambat di udara.
Kajian mengenaai frekuensi dan kecepatan gelombang bunyi adalah kajian bidang
fisika bukan bidang linguistic. Begitupun kajian linguistic auditoris lebih berkaitan
dengan ilmu kedokteran daripada linguistic. Kajian mengenai struktur dan fungsi
telinga jelas merupakan bidang kedokteran.
D.
Transkripsi
fonetik
Transkripsi fonetik adalah penulisan bunyi-bunyi bahasa
secara akurat atau secara tepat dengan menggunakan huruf atau tulisan fonetik.
Huruf fonetik ini dibuat bedasarkan huruf (alphabet) latin yang
dimodifikasikan, atau diberi tanda-tanda diakritik. Karena alfabet latin hanya
berjumlah 26 buah huruf, padahal bunyi-bunyi bahasa itu sangat banyak ;
melebihi jumlah huruf latin. Misalnya, huruf fokal hanya ada lima buah, yaitu
< a >, < i >, < u >, < e >, dan < o >,
fonem vokal bahasa indonesia ada enam buah yaitu /a/; /i/; /e/; Ə/; /u/;
dan /o/. jadi, untuk fonem vocal keempat digunakan huruf < e > yang dimodifikasikan
balik menjadi < Ə >. Contoh lain,
bunyi [o] pada kata < toko > dan
< tokoh > tidak sama ; maka untuk bunyi <o>;pada kata < toko>
digunakan huruf <o>; sedangkan untuk bunyi [o] pada kata <tokoh>
digunakan huruf< ᴝ> yaitu huruf < o > yang bagian awalnya dibuang.
Bunyi [e] pada kata <sate>, <kera>, dan <monyet> adalah tidak
sama ; maka untuk bunyi [e] pada kata <sate> digunakan huruf fonetik
<e>; untuk bunyi [e] pada kata <kera> digunakan huruf fonetik <
Ə>, pada kata <monyet> digunakan huruf fonetik <ԑ>. Dengan
demikian ketiga kata itu secara fonetik ditulis menjadi [sate], [kƏra], dan [m ᴝń
ԑt].
Pada dasarnya dalam kajian fonetik, satu huruf digunakan
hanya untuk satu bunyi; atau satu bunyi dilambangkan dengan satu huruf. Tidak
ada penggunaan satu huruf untuk dua bunyi yang berbeda; juga tidak ada
penggunaan dua huruf yang berbeda untuk satu bunyi..
Dalam kajian linguistik internasional dikenal dengan
abjad fonetik, yaitu The International Phonetic Alphabert (disingkat IPA), yang
mulai diperkenalkan pada tahun 1886 oleh The International Phonetic
Association; yang kemudian telah berkali-kali direvisi. Revisi terakhir adalah
pada tahun 1989.
Adanya usaha untuk membuat atau menyusun abjad fonetik
oleh sejumlah pakar adalah antara lain, karena abjad IPA itu belum lengkap, belum dapat mencangkup
untuk semua bunyi yang terdapat dalam berbagai bahasa didunia ini, atau satu
bahasa tertentu. Namun, semuanya tetap bersandar pada alfabet latin, yang
dimodifikasi.
Untuk pengkaji pemula, dan yang disesuaikan dengan
fonetik bahasa Indonesia, diturunkan huruf-huruf fonetik itu. Dimulai untuk
bunyi-bunyi vokal, dilanjutkan untuk bunyi-bunyi konsonan, dan yang disusun
secara alfabetis.
Ø a
untuk bunyi [a] seperti pada kata anak, apa , dan lada.
Ø i
untuk bunyi [i] seperti pada kata ini,
isi, dan dini.
Ø I
untuk bunyi [I] seperti pada kata batik, tabib, dan murid.
Ø u
untuk bunyi [u] seperti pada kata susu, lucu dan aku.
Ø U
untuk bunyi [U] seperti pada kata kapur, duduk, dan sumur.
Ø e
untuk bunyi [e] seperti pada kata sate, gule, dan tape
Ø Ə
untuk bunyi [Ə] seperti pada kata kera, beli dan maret.
Ø ԑ
untuk bunyi [ԑ] seperti pada kata monyet, ember, dan karet.
Ø o
untuk bunyi [o] sperti pada kata toko, oto, dan kilo.
Ø ᴝ
untuk bunyi [ᴝ] seperti pada kata tokoh, botak dan bohong.
Ø b
untuk bunyi [b] seperti pada kata bibi, lembar, dan debu.
Ø c
untuk bunyi [c] seperti pada kata cacar, kelinci, dan cukur.
Ø d
untuk bunyi [d] seperti pada kata dari, adat, dan hadir.
Ø f
untuk bunyi [f] seperti pada kata
fitnah, fokus, dan aktif
Ø g
untuk bunyi [g] seperti terdapat pada kata gagal, gigi, dan duga.
Ø h
untuk bunyi [h] seperti terdapat pada kata hamil, lihat, dan basah.
Ø j
untuk bunyi [j] seperti terdapat pada kata jalan jalan, ajal, dan jujur.
Ø k
untuk bunyi [k] seperti terdapat pada kata kabar, akan, dan jalak.
Ø ?
untuk bunyi [?] seperti terdapat pada kata rakyat dilafalkan [ra?yat], bapak
dilafalkan [bapa?], dan nikmat dilafalkan [ni?mat].
Ø l
untuk bunyi [l] seperti terdapat pada kata lalai, alam, dan bantal.
Ø m
untuk bunyi [m] seperti terdapat pada kata malam, alam, dan utama.
Ø n
untuk bunyi [n] seperti terdapat pada kata nakal, dinas, dan makan.
Ø ń
untuk bunyi [ń] seperti terdapat pada kata nyaring, konyol, dan nyanyi.
Ø ŋ
untuk bunyi [ŋ] seperti pada kata nganga, hangat, bingung.
Ø p
untuk bunyi [p] seperti terdapat kata papan, depan, dan sedap.
Ø r
untuk bunyi [r] seperti terdapat pada kata rapi, harap, dan benar.
Ø s
untuk bunyi [s] seperti terdapat pada kata sakit, asal, dan asas.
Ø f
untuk bunyi [f] seperti terdapat pada kata syarat, dahsyat, dan syahbanar.
Ø t
untuk bunyi [t] seperti terdapat pada kata tutup, atap, dan ketat.
Ø W
untuk bunyi [w] seperti terdapat pada kata wali, awal dan lewat.
Ø x
untuk bunyi [x] seperti terdapat dalam kata khawatir, akhir, dan tarikh.
Ø y
untuk bunyi [y] terdapat pada kata yatim, bayar, dan yayasan.
Ø z
untuk bunyi [z] seperti terdapat pada kata zaman, azimat, dan zalim.
Catatan:
(1) perubahan
atau perbedaan dari yang tersebut diatas bisa saja dilakukan asal saja,
dilakukan secara konsisten.
(2) Dalam
tulisan fonetik setiap bunyi, baik yang segmental maupun, suprasegmental,
dilambangkan secara akurat, persis seperti yang diucapkan. Setiap bunyi
dilambangkan dengan lambang-lambang sendiri, meskipun perbedaannya hanya
sedikit.
(3) Untuk
menandai perbedaan-perbedaan bunyi yang kecil digunakan tanda-tanda diakriktik.
Contoh tanda diakritik
(4) Disamping
tulisan fonetik ada juga tulisan fonemik dan tulisan ortografis. Dalam tulisan
fonemik setiap fonem dilambangkan dengan sebuah lambing. Jadi, ada kemungkinan
kurang akurat bila dibandingkan dengan tulisan fonetik. Sedangkan tulisan
otografis adalah tulisan menurut sistem ejaan yang berlaku untuksuatu bahasa.
Dalam bahasa Indonesia yang berlaku kini adalah sistem Ejaan Bahasa Indonesia
Yang Disempurnakan (EYD)
E.
Contoh
lambang-lambang fonetik
Untuk kajian fonologi ini, berikut ini daftar secara
selektif lambang-lambang fonetik IPA yang diperkirakan terdapat dalam bunyi
bahasa indonesia, dan dengan penyesuaian seperluhnya karena pertimbangan
komputerisasi.
Lambang Fonetis
|
Alfabet Latin
|
Contoh
|
[i]
|
Sama dengan huruf i
|
[bi+sa] ‘bisa’, [sa+ḍis] ‘sadis
|
[I]
|
Sama dengan huruf i bertilde
|
[so+pIr] ‘sopir’, [sIk’+sa] ‘siksa’
|
[e]
|
Sama dengan huruf e
|
[sa+te] ‘sate’, [so+re] ‘sore
|
[ɛ]
|
Sama dengan huruf e capital
|
[pən+d ɛ?] ‘pendek’, [r ɛ+m ɛh] ‘remeh’
|
[ə]
|
Sama dengan huruf e terbalik
|
[kə+lə+la+war] ‘kelelawar’
|
[a]
|
Sama dengan huruf a
|
[pa+rah] ‘parah’, [sã+ka] ‘saka’
|
[u]
|
Sama dengan huruf u
|
[bu+ku] ‘buku’, [mu+tu] ‘mutu’
|
[U]
|
Sama dengan huruf u kapital
|
[ba+tU?] ‘batuk’, [um+bUl] ‘umbul’
|
[o]
|
Sama dengan huruf o
|
[so +to] ‘soto’, [ka+do] ‘kado’
|
[O]
|
Sama dengan huruf o kapital
|
[?Oñ+cOm] ‘oncom’, [bO+rOs] ‘boros’
|
[aw]
|
Huruf a dan w subscript
|
[pa+yaw] ‘payau’, [ha+ri+maw] ‘harimau’
|
[Ay]
|
Huruf a dan y subscript
|
[san+tay] ‘santai’, [tu+pay] ‘tupai’
|
[Oy]
|
Huruf o kapital dan y subscript
|
[kO+bOy] ‘koboi’, [am+bOy] ‘amboi’
|
[p]
|
Sama dengan huruf p
|
[pa+pan] ‘papan’, [ku+paš] ‘kupas’
|
[p’]
|
Huruf p berpetik tunggal
|
[sap’+ta] ‘sapta’, [a+tap’] ‘atap’
|
[b]
|
Sama dengan huruf b
|
[ka+bar] ‘kabar’, [bu+tUh] ‘butuh’
|
[t]
|
Sama dengan huruf t
|
[ta+ta] ‘tatar’, [tin+ta] ‘tinta’
|
[t’]
|
Huruf berpetik tunggal
|
[a+dat’] ‘adat’, [O+bat’] ‘obat’
|
[ṭ]
|
Huruf t bertitik bawah
|
[pən+ṭOl] ‘penthol’([bakso), [ṭu+ṭU?] ‘pukul’(Jawa)
|
[d]
|
Sama dengan huruf d
|
[da+di] ‘jadi’, [du+du] ‘bukan’ (Jawa)
|
[k]
|
Sama dengan huruf k
|
[ka+ka?] ‘kakak’, [ku+pas] ‘kupas
|
[k’]
|
Huruf k berpetik tunggal
|
[po+li+tik’] ‘politik’, [prak’+tis] ‘praktis’
|
[?]
|
Sama dengan tanda Tanya
|
[a+ja?] ‘ajak’, [ba?+so? ‘bakso’
|
[g]
|
Sama dengan huruf g
|
[ga+gal] ‘gagal’, [gu+la] ‘gula’
|
[m]
|
Sama dengan huruf m
|
[ma+lam] ‘malam’, [lam+pu] ‘lampu
|
[n]
|
Sama dengan huruf n
|
[pin+tu] ‘pintu’, [pən ťiɳ] ‘penting’
|
[ṇ]
|
Huruf n bertitik bawah
|
[ṇa+ma] ‘nama’, [ta+ ṇam] ‘tanam’
|
[ñ]
|
Huruf n bertilde
|
[ña+ta] ‘nyata’, [ña+ ñi] ‘nyanyi’
|
[ῆ]
|
Huruf n berekor
|
[pu+laῆ] ‘pulang’, [pa ῆ+kal] ‘pangkal’
|
[c]
|
Sama dengan huruf c
|
[ca+car] ‘cacar’, [cu+ra ƞ] ‘curang’
|
[j]
|
Sama dengan huruf j
|
[ja+ja?] ‘jajak’, [ja+ra?] ‘jarak’
|
[l]
|
Sama dengan huruf l
|
[la+lu] ‘lalu’, [li+pat’] lipat’
|
[r]
|
Sama dengan huruf r
|
[ra+mah] ‘ramah’, [ru+mah] ‘rumah’
|
[s]
|
Sama dengan huruf s
|
[sa+ri] ‘sari’, [su+rat’] surat’
|
[š]
|
Huruf s bertlide
|
[ša+rat] ‘syarat’, [ma+ša+ra+kat’] ‘masyarakat’
|
[z]
|
Sama dengan huruf z
|
[za+man] ‘zaman’, [zi+a+rah] ‘ziarah’
|
[x]
|
Sama dengan huruf x
|
[xas] ‘khas’, [xa+lîk’] ‘khalik’
|
[ﻻ]
|
Huruf x bergelung bawah
|
[ba+liﻻ] ‘baligh’ [ma ﻻ+rîp’] ‘maghrib’
|
[h]
|
Sama dengan huruf h
|
[ha+lus] ‘halus’ [ni+hîl] ‘nihil’
|
[ħ]
|
Huruf h bertangkai di atas
|
[maħ+ka+mah] ‘mahkmah’, [maħ+lU?] ‘makhluk’
|
[w]
|
Sama dengan huruf wћ
|
[wa+jar] ‘wajar’, [ta+wa] ‘tawa’
|
[ώ]
|
Huruf w bergaris bawah
|
[ώ+ώît] ‘mulai’, [ru+ώət] ‘rumit’ [Jawa)
|
[y]
|
Sama dengan huruf y
|
Ba+yi] ‘bayi’, [pə+la+yan] ‘pelayan’
|
BAB III
A. Simpulan
Fonetik adalah cabang kajian linguistik yang menelitih
bunyi-bunyi bahasa tanpa melihat apakah bunyi-bunyi itu dapat membedakan makna
kata atau tidak. Berdasarkan keberadaannya bunyi bahasa itu dapat dikaaji dan
dibedakan ada tiga macam fonetik yaitu fonetik artikulatoris, fonetik akustik,
dan fonetik auditoris.
Sedangkan yang dimaksud transkripsi fonetik adalah
penulisan bunyi-bunyi bahasa secara akurat atau tepat dengan menggunakan huruf
atau tulisan fonetik. Dalam tulisan fonetik setiap bunyi, baik yang
segmentalmaupun superasegmental, dilambangkan secara akurat, persis seperti
yang diucapkan. Setiap bunyi dilambangkan dengan lambang-lambang sendiri,
meskipun perbedaannya hanya sedikit.
Untuk menandai perbedaan-perbedaan bunyi yang kecil
digunakan tanda-tanda diakritik.Disamping tulisan fonetik ada juga tulisan
fonemik dan tulisan ortografis. Dalam tulisan fonemik setiap fonem
dilambangkan dengan sebuah lambang. Jadi, ada kemungkinan kurang akurat bila
dibandingkan dengan tulisan fonetik. Sedangkan ortografis adalah tulisan
menurut sistem ejaan yang berlaku untuk suatu bahasa.
Penulis menyarankan pembaca untuk membaca refrensi
lain Dalam penulisan
makalah ini, penulis mengharapkan agar pembaca maupun peneliti lainnya dapat
memberikan sumbasih yang berupa kritik maupun saran yang membangun, yang
bertujuan untuk memperkaya serta melengkapi kekurangan-kekurangan dalam
penulisan makalah ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar